Selasa, 31 Januari 2012

Coloum Pak Oles edisi III

Menangkap Peluang Industri Pertanian Organik 

           
Pada  zaman kakek dan buyut kakek saya bertani, mereka semua menerapkan pertanian organik tanpa disuruh-suruh, mungkin juga tanpa kesadaran.  Karena saat itu, pupuk kimia dan pestisida kimia belum diproduksi. Kondisi lahan pun  masih alami.  Demikian juga lingkungan hidup belum diperkosa oleh keinginan manusia, agar tanahnya tetap berproduksi tinggi untuk memenuhi kebutuhan perut dan permintaan pasar.  Artinya pada zaman itu, pertanian organik berjalan secara alami.   

            Gaya hidup alami petani tempo doeloe, menyebabkan mereka menjadi sehat dan panjang umur.  Bisa dibayangkan bagaimana kualitas hidup mereka saat itu, mungkin kita merasa iri dengan kebahagiaan mereka.  Karena hidup di zaman modern ini, kesehatan, keindahan alam dan makanan yang berkualitas sangatlah mahal dan susah dicari.  Mengapa demikian?  Karena kalau sudah merasakan dan mengalami sakit, melihat alam yang rusak, serta merasakan sakit  akibat  memakan makanan yang tercemar, mungkin barulah kita rasakan bahwa,  kesehatan, keindahan alam dan umur panjang, yang dihasilkan dari pertanian organik sangatlah mahal dan langka.
             
            Pemikiran manusia yang selalu ingin memberontak mencari kemajuan yang lebih baik, ingin meningkatkan produksi pertanian beberapa kali lipat, ingin mendapatkan keuntungan yang maksimal, ingin hidup serba praktis dan mewah, semuanya itu dilakukan dengan teknologi intensifikasi pertanian, yaitu bagaimana menggunakan lahan yang terbatas dengan intensif,  dengan menggunakan teknologi kimia, pupuk kimia, pestisida kimia, herbisida dan hormon kimia dan zat pengatur tumbuh kimia.    Semua teknologi itu, memberikan dampak secara langsung ataupun tak langsung kepada lingkungan, kehidupan lain di alam, termasuk manusia.       

Kesadaran akan gaya hidup organik muncul di era 90-an.  Dan sejak tahun 2000, setelah ada ledakan informasi melalui dunia internet, gaya hidup organik mulai menyebar.  Manusia mulai menyadari bahwa kualitas makanan, air dan udara adalah hal yang sangat penting untuk mendapatkan kesehatan yang prima.  Badan kita akan menjadi lebih cepat sakit, tua dan mati, jika mengabaikan ketiga hal tersebut.  Karena manusia modern mengetahui bahwa kesehatan adalah produk yang langka dan mahal, maka muncullah kebutuhan akan produk-produk organik.  Kebutuhan itu menciptakan permintaan yang dilayani dengan penawaran, sehingga terciptalah pasar.  Hukum pasar berlaku, barang yang langka jika dikemas dengan eksklusif akan menciptakan harga dan keuntungan yang tinggi. 
            
            Pada awalnya pertanian organik itu dilakukan dan dikonsumsi oleh kelompok-kelompok vegetarian-spiritual, kemudian berkembang ke kelompok pemerhati kesehatan alami, mereka umumnya adalah kelompok orang berada.  Selanjutnya pertanian organik berkembang ke bidang kesehatan dan kecantikan, sehingga pertanian organik menemukan suatu bentuk baru sebagai industri produk kosmetik dan makanan – minuman kesehatan organik.  Pada tahap ini pertanian organik sudah mendapatkan tempat yang terhormat sebagai pencipta lapangan kerja dan  penghasil devisa negara.  Peluang ini segera disambar oleh Amerika dan Australia.    Kedua negara itu telah berhasil memproklamirkan dirinya sebagai negara industri produk makanan kesehatan dan kosmetik organik.  Sayangnya, Indonesia sebagai negara pertanian yang besar masih terbengong-bengong melihat Peluang bisnis raksasa ini.  Pasar produk pertanian organik sangat terbuka luas.  Tapi kalau kita masih memandangnya sebelah mata, maka janganlah disalahkan produknya, tapi salahkanlah diri kita yang melihat.  Visi kita terlalu rendah untuk melihat peluang pertanian organik dalam industri pertanian.  

            Jangan khawatir...!  Tidak ada istilah terlambat bagi yang mau memulai.  Lebih baik terlambat tapi bisa bergerak lebih cepat dan gesit daripada tidak memulai sama sekali.  Dari mana memulainya?  Bentuklah kelompok-kelompok kecil pemerhati dan pekerja pertanian organik.  Kelompok-kelompok tersebut akan menciptakan informasi dan pasar pertanian organik.  Pekerja pertanian organik menghasilkan produk pertanian organik yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat.  Pemerintah dan organisasi masyarakat akan mengawasi sertifikasi pertanian organik.  Jika kelompok-kelompok tersebut bekerja dalam skala yang lebih luas, maka pertanian organik sudah menjadikan suatu gaya hidup masyarakat untuk mencapai hidup sehat dan berkualitas dalam lingkungan alam yang harmoni.  Dengan cara demikian, lapangan kerja dan sumber-sumber pemasukan devisa negara mulai terbuka.  Semoga sukses...!

Forum Utama Edisi III

Pertanian Organik Solusi Kelangkaan Pupuk

Kelangkaan pupuk dibeberapa daerah sentra produksi  di seluruh Indonesia, dapat berimplikasi serius terhadap ketahanan pangan nasional. Kelangkaan pupuk bersubsidi ini, mendongkrak harga pupuk di pasaran, khususnya pupuk urea, jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah Lalu, bagaimana dengan pertanian organik?

 Lepas dari permainan distribusi atau oknum tertentu yang mencari keuntungan, sadar atau tidak sadar salah satu kelangkaan pupuk, juga disebabkan pemakaian pupuk oleh petani yang terus meningkat. Selama ini, jumlah alokasi pupuk disuatu daerah didasarkan pada rekomendasi  pemupukan yang dikeluarkan Departemen Pertanian. Misalnya, rekomendasi pemupukan urea untuk padi 250 kg/ha, jagung 400 kg/ha, tetapi petani memupuk padi melebihi itu antara 300 hingga 400 kg/ha. Jagung hingga 600 – 1000kg/ha.

Jumlah alokasi pupuk dari awal sudah tidak berimbang. Subsidi yang diberikan pemerintah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pupuk yang diajukan daerah. Karena itulah, Indonesia sedang menghadapi ancaman penurunan produksi padi, terutama di tingkat mikro petani dan lokalitas produksi.

Sedikit saja akses faktor produksi penting tersebut gangguan, ancaman terhadap penurunan produksi pertanian amatlah besar. Suka atau tidak suka, kini pupuk kimia, terutama yang berbahan baku nitrogen (urea) dan fosfat (SP-36/ TSP), sangat dibutuhkan petani.

Kerisauan terhadap produktivitas padi cukup beralasan mengingat selama ini, kondisi lahan sawah sudah manja dengan praktek pemberian pupuk anorganik  dengan dosis tak terkendalikan. Akibatnya, jika dalam sekali musim tanam kurang dosis apalagi tidak dipupuk, maka produksi bakal turun drastis.

Sekarang ini,  masyarakat petani melakukan unjuk rasa akibat kelangkaan pupuk. Mereka hidup dari pertanian dan mengandalkan hasil pertanian. Bisa dirasakan, ada pergeseran visi atau cara pandang dalam hubungan manusia dengan tanah, hasil pertanian dan produksi.
Pada masa revolusi hijau terkesan pertanian merupakan kegiatan mengeksploitasi lahan dengan menghasilkan kebutuhan manusia sebanyak-banyaknya dengan masukan input kimia yang diperlukan tanaman. Tepatnya, lebih kearah eksploitatif agar tanah dengan sedikit input menghasilkan produk sebanyak-banyaknya. Dampaknya bisa dirasakan sekarang, tanah yang merekah (pecah-pecah) dimusim kemarau dan dimusim hujan tak mampu menyerap air sehingga menyebabkan banjir.

Pertanian Organik
            Sistem Pertanian organik sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi petani, tetapi karena pola pikir dan  serba ‘instan’,  sistem pertanian organik hanya dijadikan semboyan saja. Seperti dikatakan Menteri Pertanian Apriyantono, tidak jarang  pertanian organik dipahami secara teknis bertani yang menolak asupan kimiawi atau sebagai budidaya pertanian yang anti modernisasi. Bahkan, disamakan dengan pertanian tradisional. Padahal, pertanian organik bukan sekedar teknik atau metode bertani tetapi cara pandang, sistem nilai, sikap dan keyakinan hidup.

Padahal, penggunaan pupuk organik, memberi nilai tambah tersendiri. Tak bergantung dengan pupuk kimia, dapat meningkatkan produksi tanpa harus meningkatkan dosis pupuk setiap musim tanamnya, padi atau beras organik lebih sehat, karena itu bisa dihargai lebih tinggi.

‘’Pertanian organik pada dasarnya adalah sistem bertani dengan menggantungkan pada kearifan alam untuk mengendalikan populasi mahluk hidup dan menyediakan hara untuk pertumbuhan tanaman. Artinya dengan memperkaya tanah dengan     berbagai nutrisi dan mikroorganisme sebagai akibatnya, akan memberikan produk pertanian yang lebih banyak,’’katanya.

 Sementara itu Ketua Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (Maporina) Zaenal Sudjais menilai, pertanian organik dapat dijadikan alternatif pilihan dalam upaya mengatasi kelangkaan pupuk dan ketergantungan petani terhadap input pertanian dari luar. 

Karena itu, model pertanian organik ini harus terus dikembangkan dan didukung. Sebab sistem ini telah diakui dunia sebagai pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Secara umum model pertanian ini secara teknik tepat, secara ekonomi dapat berkembang, secara kultur dapat diterima, dan berdasarkan sains yang holistik. 

Sistem ini juga, dapat menjawab keprihatinan terhadap timbulnya berbagai permasalahan pada sebagian lahan pertanian. "Kita semua tahu, akibat menggunakan pupuk non organik dan pestisida kimia yang berlebihan, mengakibatkan terjadinya degradasi lahan pertanian,’’ katanya.
 
Selain itu semboyan “kembali ke alam” agaknya harus gencar disosialisasikan kepada petani terutama dalam menggalakkan penggunaan pupuk organik berupa pupuk kandang, jerami, sampah, pupuk hijau dengan sentuhan teknologi pengomposan cepat (bokashi). Pupuk organik diyakini dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah sawah yang cenderung semakin rusak akibat pemupukan terus menerus dengan pupuk kimia. 

Namun inipun akan terhadang kendala di lapangan, karena untuk menghasilkan 1 ton pupuk organik saja tidaklah mudah, sementara selama ini petani sudah terbiasa menggunakan pupuk produk pabrik yang tingkat respons serapan oleh tanaman relatif cepat. Tapi bagaimanapun wacana itu harus dimulai dari sekarang, sebab kelangkaan pupuk terutama pupuk bersubsidi terjadi setiap waktu di saat petani membutuhkan.(A)

Forum EM Edisi III




EM4 Pelopor Pertanian Organik

Siapa tak kenal Teknologi Effective Microorganisms (EM4) dalam dunia pertanian, karena produk asal Jepang ini salah satu pelopor pertanain organik di Dunia

Pertanian organik sebenarnya  sudah sering didengar Sugeng (40) petani asal Desa Sudimoro, Kec. Sidomulyo, Kab. Candimulyo Magelang Jawa Tengah. Namun untuk beralih ke sistem yang bebas kimia itu, ia masih ragu - ragu, jangan-jangan hasil produksi padinya menurun dan gagal.

Berkali-kali disarankan menggunakan pupuk organik, berkali-kali pula ditolaknya. Sekarang ini, pupuk bersubsidi sedang langka, walaupun ada di pengecer harganya cukup mahal. Sugeng yang memiliki lahan sawah sekitar 1 hektar ini, pusing tujuh keliling mencari pupuk.

Sedang Abi Royani (41) petani  yang sudah lama mengusung organik dengan teknologi EM4, tak terpengaruh dengan kondisi perpupukan yang carut marut, bahkan produksi padi terus meningkat dan mampu menembus angka 8 - 10 ton/ha. Bagi Abi, 10 ton/ha masih belum ideal, menurutnya ia akan memaksimal hingga mencapai 12 ton/ha.

Sedang Sugeng yang menggunakan pupuk kimia dengan dosis yang terus ditambah, hanya mampu menghasilkan padi sebanyak, 5 – 6 ton/ha. Hal ini disebabkan, karena penggunaan pupuk kimia akan terjadi kejenihan peningkatakan produksi padi (levelling off), pemakaian pupuk yang berlebihan meskipun dosis pupuk yang digunakan semakin tinggi tetapi peningkatan produksi yang diperoleh semakin menurun.

 Perbedaan yang cukup mencolok dengan sistem pertanian organik. ‘’Kalau mau jujur, untuk beralih ke pertanian organik tak serta merta produksi bertambah, bisa jadi mengalami penurunan produksi pada awal-awalnya. Karena sistem ini, harus memperbaiki dulu kondisi tanah yang rusak akibat penggunaan pupuk kimia. Dan setelah itu, secara bertahap produksi akan meningkat tergantung bokashi yang ditanam dilahan tersebut. Semakin banyak semakin baik dan semakin cepat  berproduksi,’’kata Abi.
           
            Karena itulah, Abi selalu mengajak petani lain untuk mengikuti langkahnya menggunakan  EM4 dan beralih ke pertanian organik sehingga petani yang lainnya juga dapat memperoleh manfaat yakni tidak bergantung dengan pupuk kimia.

EM4 Tingkatkan Produksi Pertanian
            Sepintas penggunaan bahan kimia menunjukan hasil memuaskan dalam meningkatkan produksi, namun penggunaan bahan kimia secara terus menerus mempunyai efek merusak tanah, air dan lingkungan. Karena itulah teknologi EM4 merupakan solusi bagi persoalan pertanian sekarang ini.
          
        Teknologi EM4 merupakan bioteknologi yang  sejalan dengan prinsip-prinsip pertanian yang berwawasan lingkungan, mengurangi atau menekan penggunaan pupuk kimia dan pestisida dengan memanfaatkan sistem alami untuk meningkatkan produktivitas tanah, mengurangi biaya produksi, menghasilkan bahan pangan yang tidak terkontaminasi bahan kimia.
            
         Teknologi yang berasal dari Jepang ini, menggunakan bahan baku alami hasil-hasil limbah pertanian dan pupuk kandang. Bahan-bahan organik yang difermentasi oleh EM4 tersebut, dimasukkan kembali ke dalam tanah sebagai pupuk untuk meningkatkan kualitas tanah.

Effective Microorganisms ( EM ) merupakan kultur campuran mikroorganisme bermanfaat, yang terdiri dari bakteri fotosintetik ( Rhodopseudomanas Sp. ), Sreptomyces Sp., Actinomycetes Sp., Bakteri Asam Laktat ( Lactobacillus Sp. ), dan ragi/yeast ( Sacharomyces Sp. )

Menurut Pakar Pertanian Organik,  G.N Wididana, EM4 bertindak sebagai agen pengendali secara biologis dengan cara menghambat efek fitopatogenik mikroorganisme tanah dan  memfasilitatori dekomposisi senyawa beracun di dalam tanah. Teknologi yang menggabungkan berbagai mikroorganisme menguntungkan ini, dapat digunakan untuk meningkatkan penganekaragaman biologi tanah, meningkatkan kualitas air, mengurangi kontaminasi tanah dan merangsang penyehatan dan pertumbuhan tanaman yang semua ini berarti meningkatkan hasil.          

‘’Perlakukan EM4 ke dalam tanah dapat meningkatkan ketersediaan kandungan nutrisi  yang dapat diserap oleh perakaran tanaman. Mikroorganisme yang menguntungkan dalam EM4, dapat menyuburkan tanah melalui menyediaan nitrogen bagi tanaman kurang lebih 30%, meningkatkan serapan P tanah dan melarutkan fosfat. Selain itu, mikroorganisme yang berasal dari EM4 juga dapat menghasilkan asam-asam organik yang mampu bereaksi melarutkan meneral-mineral tanah,’’katanya.

Pemberian EM4 ke dalam tanah juga mampu meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme tanah sehingga jumlah dan aktivitas mikroorganisme juga meningkat. Mikroorganisme yang terdapat dalam kultur EM4 juga dapat mengatur keseimbangan mikroorganisme tanaman dan tanah.

Tak hanya itu, peningkatan konsentrasi EM4 menyebabkan populasi mikroorganisme dalam tanah meningkat dan aktivitas penguraian bahan organik berupa gula, alkohol, asam asetat, asam amino dan senyawa organik lain termasuk CO2 juga meningkat.
   
Melihat prilakuk petani yang serba instan dan praktis dalam pemberian pupuk, pupuk yang difermentasi (bokashi) dapat dibuat dalam 4 - 7 hari dan siap dipakai dalam waktu singkat.  Selain itu, pembuatan bokashi tak memerlukan biaya yang mahal, sehingga sangat efektif dan efisien bagi pertanian dalam peningkatan produksi.

 Dimensi Baru Pertanian Modern
Teknologi EM ( Effective Microorganisms ) pertama kali dikembangkan oleh Prof. Dr. Teruo Higa, seorang guru besar Fakultas Holtikultura University of the Ryukus Okinawa Jepang. Sampai saat ini, Teknologi EM telah dimanfaatkan dan dikembangkan oleh lebih dari 55 negara di dunia.
Teknologi EM berkembang sebagai dimensi baru dalam pertanian modern,  terbukti dengan didirikannya Pusat Penelitian EM yaitu International Nature Farming Research Centre (INFRC) yang berpusat di Atami, Jepang. Pada tahun 1989 diadakan suatu Konferensi Internasional untuk memperkenalkan Teknologi EM ke wilayah Asia Pasifik. Dalam konferensi tersebut dibentuklah APNAN (Asia Pasific Natural Agriculture Network).
Tujuan utama APNAN adalah membentuk suatu jaringan internasional antara para ilmuan dalam wilayah asia pasific, dalam rangka peningkatan penelitian, pendidikan, praktek dan teknologi pertanian alami yang akrab lingkungan. Kegiatan-kegiatan APNAN didasarkan pada prinsip-prinsip pertanian alami yang akrab lingkungan.
Pada tahun 1991 di Brazil dibentuk organisasi SANAN (South American Nature Agricultural Network) yaitu organisasi-organisasi negara-negara Amerika Latin atau Amerika Selatan yang bergerak dalam bidang pertanian alami menggunakan teknologi EM. SANAN menyelenggarakan penelitian dibeberapa negara anggota tentang sistem pertanian dengan biaya rendah (Low Input Farming System) dengan menggunakan teknologi EM.
Keberhasilan penerapan teknologi EM pada pertanian, menelurkan banyak badan atau lembaga peneliti yang mendukung pengembangan teknologi ini antara lain, NFRD (Nature Farming Research and Development Foundation) berpusat di Santa Rosa, Lompoc, California.

Mokichi Okada Foundation Nature Farming Departement  berpusat di Villa Marienna, Sao Paulo, Brazil. Kyusei Nature Farming Societies berpusat di Jepang. Korea Nature Farming Research Center berpusat di Kwonsonku, Suwon, Korea Selatan. 
 Effektive Microorganisme Research Organisation (EMRO)  berpusat di Jepang. EMRO ini, membiayai proyek penelitian dan penerapan teknologi EM dalam skala yang luas dan besar, mensponsori seminar dan konferensi Internasional tantang hasil-hasil penelitian teknologi EM. Di Indonesia sendiri, pengembangan teknologi EM dilakukan sejak tahun 1990 oleh Indonesia Kyusei Nature Farming Sicieties (IKNFS). 
Sekarang ini, EM4 menjadi pelopor pertanian organik di Indonesia terus berkembang di bawah bendera PT. Songgolangit Persada sebagai agen tunggal pemasaran EM4  keseluruh wilayah Indonesia. Jadi tak beralasan jika petani seperti Sugeng ragu-ragu menggunakan teknologi EM4 akan menyebabkan penurunan hasil produksi panen padinya,  sementara Abi Rohani menikmati hasil yang memuaskan. (A) 
  



Forum Usaha Edisi III



Usaha Buah Strawbery Organik Untung Besar

 

Walau belum berpengalaman dalam usaha budidaya buah strawbery, Gede Pinton petani asal Dusun Asah Gobleg, Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali meraih untung besar bahkan mengalahkan petani strawbery yang telah berpengalaman.


            Pada perayaan IPSA ke-11 tahun, panitia menjajakan buah strawbery organik yang cukup laris terjual. Bukan karena  dijual murah, tetapi buah strawbery organik memiliki rasa yang manis dan menyegarkan yang dibudidaya oleh Gede Pinton.
Cukup menarik juga budidaya salah satu tanaman buah-buahan beriklim sedang yang banyak mengandung vitamin C yang setara dengan jeruk dan lemon  serta mengandung zat besi yang relatif tinggi ini. Berbekal pengalaman menerapkan Teknologi EM, nekat membongkar tanaman bunga pecah seribu yang masih produktif untuk diganti tanaman strawbery organik.
Padahal kebun itu telah membantu mengepulkan asap dapurnya. Sebagai gantinya dipilih strawbery, tanaman yang sama sekali tidak pernah diusahakan. Untuk memahami strawbery, Pinton terlebih dahulu melakukan studi banding ke Desa Pancasari, di kawasan agrowista Bedugul yang memang terkenal sebagai penghasil sayur-sayuran di Pulau Dewata.
Di atas lahan bekas tanaman bunga pecah seribu seluas 8 are itu Pinton mengeluarkan Rp 7,2 juta. Jumlah yang lumayan banyak untuk ukuran petani dan di tengah lesunya perekonomian nasional. Modal itu untuk biaya pengolahan lahan, membeli 3000 bibit dan sarana lain. Meski masih pemula hasilnya ternyata mengalahkan petani yang telah berpengalaman. “Sangat jelas bedanya dibandingkan kebun lain yang pernah saya lihat,” kata Pinton sambil menunjuk satu tanaman dan membentangkan sehelai daunnya.
Memang budidaya strawberinya tumbuh bongsor, daunnya lebar dan berwarna hijau segar alami. Karenanya petani yang melihat langsung akan berdecak kagum. Pasalnya, pertumbuhan strawbery  di atas rata-rata. Saking suburnya tanaman yang baru berumur dua bulan seperti sudah berumur 4 bulan.
Melihat perkembangannya, pria berkumis tebal ini yakin modal yang ditanamkan tidak akan sia-sia dan lebih cepat balik. Keyakinannya cukup beralasan, dua bulan setelah tanam modalnya sudah kembali Rp 800 ribu hanya dari penjualan bibit. Sedangkan hasil utama berupa buah pada umur yang baru belajar berbuah. sudah tujuh kali dengan produksi rata-rata 4-5 kg. Umur produktif tanaman strawbery mencapai 3 tahun bila dipelihara dengan baik. Sepanjang musim kemarau panen buah strawbery bisa setiap hari.
Sambil menunggu puncak produksi, Pinton membuat bibit dari sulur-sulur yang tumbuh dari tanaman pokok. Bibitnya diincar oleh para petani sekitarnya karena subur dan sehat. Pinton sudah mendapatkan pesanan 2.000 bibit tanaman. Salah seorang pemesan, Kadek Neksen dihubungi terpisah mengatakan bahwa bibit yang dihasilkan Pak Pinton sangat bagus sehingga persentase kematiannya kecil.
Harga per bibit dipatok Rp. 1.200 sehingga dari hasil sampingan ini saja modalnya sudah kembali 2,4 juta rupiah. Satu tanaman paling sedikit bisa menghasilkan 5 bibit tanaman baru yang sudah siap dipasarkan pada umur 20 hari. Untuk menghasilkan bibit yang baik Pinton menggunakan Bokashi Kotaku dicampur dengan tanah sebagai media.
Beberapa pengaruh EM4 yang menguntungkan dalam pupuk bokashi tersebut  seperti dikatakan Kepala Cabang PT. Songgolangit, Ir. Ilham Rasidi, dapat memperbaiki perkecambahan bunga, buah, dan kematangan hasil tanaman, memperbaiki lingkungan fisik, kimia, dan biologi tanah serta menekan pertumbuhan hama dan penyakit dalam tanah. Meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman, menjamin perkecambahan dan pertumbuhan tanaman yang lebih baik serta meningkatkan manfaat bahan organik sebagai pupuk.
Bagaimana Pinton yang sejatinya petani jeruk bisa menghasilkan kebun strawbery dengan keuntungan besar? Pemeliharaan dilakukan biasa-biasa saja, tidak ada cara khusus. Saat pengolahan lahan ditaburkan pupuk kandang yang sebelumnya disirami EM4. Pupuk organik Bokashi Kotaku digunakan saat penanaman dengan metode pop up, menabur di setiap lubang tanam. ‘’Pupuk Bokashi Kotaku mengandung unsur hara yang siap diserap akar tanaman dan aman meski bersentuhan langsung dengan akar. Resikonya terlalu tinggi bila menggunakan pupuk kandang karena kemungkinan masih mengandung penyakit,’’ jelas Pinton.
Lantas berapa dosis per tanaman? Pria yang menjadi petani sejak usia belasan tahun ini mengaku tidak ingat, tetapi yang pasti satu bedeng dengan populasi 96 tanaman menghabiskan dua zak pupuk Bokashi Kotaku. Setelah dikonversikan satu tanaman mendapat jatah 0,625 kg, satu zak pupuk Bokashi Kotaku berisi 30 kg. Pemeliharaan selanjutnya berupa penyiraman larutan EM4 sebanyak 200 ml per tanaman dua kali seminggu pada bulan pertama dan sekali seminggu memasuki bulan kedua.@ 

EM CONER Edisi III

Dengan  EM4 Tambak Udang Lebih Besar

Tak perlu banyak pakan jika tampak udang sudah diaplikasi dengan EM4 seperti yang dialami tambak udang  Hok  warga Sumber beras, Banyuwangi, Surabaya. ‘Dengan menggunakan bokashi untuk dasar media tambak, udang  sudah memperoleh pakan alami (Plankton) yang dihasilkan oleh bokashi,’’kata Hokyang  mantap menjadi petambak udang.
 ‘’Dengan menggunakan EM4 perikanan, dalam waktu tiga bulan saja, tambak sudah kelihatan besar,’’tutur Hok. Namun pria keturunan Tionghoa ini,  masih kesulitan menggunakan dosis yang tepat untuk tambak seluas 6 hektar yang dimilikinya. Karena itu, ia mengundang PT. Songgolangit Persada untuk mengontrol dan memberikan penjelasan yang tepat pengenai aplikasi yang benar tentang penggunaan EM4 perikanan.
Sebenarnya pola aplikasi tambak dengan EM4  mempunyai prospek cerah untuk menaklukan tambak tradisional yang selama ini tengah resah mencari jawaban problem yang dihadapi para petambak tersebut. Persoalan yang dihadapi itu misalnya pertumbuhan udang yang lambat, daya tahan serta mudahnya terserang penyakit.
  ‘’Diharapkan dengan adanya pola aplikasi tambak dengan EM4 secara tepat, petani akan puas dengan hasil tambaknya yang maksimal,’’kata Kepala Cabang PT. Songgolangit Surabaya, Raharko.
            Keuntungan lain menggunakan teknologi EM4 perikanan adalah, meningkatkan daya tahan, kesehatan serta penampilan udang, memfermentasikan sisa pakan, kotoran dan cangkang yang  terdapat di dasar tambak, juga menguraikan gas amoniak, methan dan hidrogen sulfida yang dapat mengganggu kehidupan udang.
EM4 juga mampu meningkatkan oksigen terlarut (DO) sehingga air menjadi bersih dan tidak diperlukan penggantian berulang-ulang karena  kualitas air tetap terjaga serta aman bagi lingkungan.
            Kemerosotan kualitas air yang disebabkan limbah merupakan masalah utama yang sering dihadapi petambak tradisional. Limbah-limbah tersebut akan menimbulkan gas-gas beracun yang menyebabkan terjangkitnya penyakit pada udang karena mengalami stress. Limbah tersebut juga mengakibatkan produksi akan merosot dan menimbulkan kematian.
            Raharko juga menyarankan agar mengatur penanaman yang tepat, karena faktor Iklim dan temperatur juga dapat berpengaruh terhadap kualitas air seperti suhu, pH air dan penetrasi oksigen dalam air. Untuk menghindari kegagalan karena iklim dan temperatur juga dapat dilakukan dengan mengatur waktu penanaman yang tepat. (A)


EM4 Limbah
Puaskan Pihak Hotel Alam Kulkul
Dengan mempercayakan produk EM4 limbah dalam penanganan air limbah dapur dan STP ( Sewage Treatment Plant) di Hotel Alam Kulkul Boutique Resort yang terletak di Pantai Legian Kuta Bali, itu berarti selama ini konsemen puas dengan produk asal Jepang ini, demikian dikatakan Kepala PT. Songgolangit Persada Cabang Bali, Ir. Irkham Rasidi
Menurut Ilham, selama treatment limbah di Alam Kulkul,   pengujian laboratorium dilakukan tiap tiga bulan untuk mengetahui kandungan kimia maupun biologi dari air limbah. Kandungan tersebut diharapkan akan terus di bawah ambang batas yang ditetapkan.
Sedang yang diamati diantaranya pengamatan fisik dilihat dari baunya apakah pekat atau tidak, kejernihan airnya dan penggumpalan lemak semakin berkurang sehingga hasil olahan bisa dimanfaatkan kembali.‘’Sedang pengontrolan, dan aplikasi EM aktif secara rutin dilakukan setiap hari sesuai dengan jadwal,’’katanya.
                           Memang, penanganan limbah dengan teknologi EM merupakan cara penanganan limbah secara biologis, yaitu melalui proses fermentasi. Dalam pelaksanaannya dibagi dua tahap, pertama  EM Aktifasi ( mengaktifkan bakteri EM ). Aktifasi EM dimaksudkan untuk mengkatifkan mikroorganisme efektif sebelum dituangkan ke sinks inlet atau IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), aktifasi juga memberikan kesempatan kepada mikroorganisme tersebut untuk berkembangbiak lebih banyak sehingga dapat bekerja dengan efisien dan optimal. Aktifasi EM ini, baru dapat dituangkan ke sinks inlet dan IPAL apabila pH £ 4 atau sekitar 5x24 jam.
                           Langkah ke dua adalah Inokulasi EM Aktif. Mikroorganisme yang telah aktif dan berkembangbiak dari hasil fermentasi molasses tersebut dituangkan secara kontinyu melalui dapur restaurant  Sinks Inlet yaitu, tempat pencucian peralatan maupun bahan – bahan dan peralatan pada areal dapur. Penuangan melalui sinks dapat dilakukan pada saat selesai aktivas didapur yaitu malam hari dengan dosis 5 - 10 liter EM Aktif dilakukan seminggu sekali.
 Kemudian, Instalasi Pengolahan Air Limbah Aeartion Tank  yaitu, suatu bagian dari IPAL, Penampungan limbah yang dimana pada bagian tersebut dilakukan penambahan oksigen, dosis penuangan sesuai dengan debit air limbah dan kapasitas limbah yang ditampung jika memungkinkan ditambahkan pompa back wash pada tanki berikutnya yang dialirkan menuju tanki pengendapan sehingga bakteri akan bekerja secara efektif  Pengamatan pada IPAL dapat dilakukan dengan melihat perkembangan flok  pada air limbah yang telah diinokulasi. (A)

Fermentasi Air Seni Kambing
Tingkatkan Produktivitas Tanaman
            Tak hanya air seni Kelinci saja yang banyak dicari petani. tetapi sekarang air seni ternak kambing fermentasi banyak diburu petani. Pasalnya, Air seni ternak tersebut diyakini dapat meningkatkan produksi pertanian dan perkebunan.’’ Untuk lebih meningkatkan pertanian dan perkebunan air seni ternak harus difermentasi terlebih dulu dengan EM4 sehingga kandungan nutrisi yang dibutuhkan tanaman (Unsur makro dan mikro) lebih lengkap sehingga mampu meningkatkan produktivitas pertanian,’’kata Kelompok Tani Prima Nusantara (KTPN) Syukron Muchtar, wilayah Depok.
            Menurut Syukron, selain dipakai sendiri, Muchtar yang memiliki kurang lebih 100 ekor domba dan kambing, juga menjual air seni fermentasi EM4 ini kepada petani lain di sekitar Depok.’’ Sekarang ini, pupuk cair air seni ternak,   kita pasok sebagian besar ke kelompok tani Prima Nusantara yang memiliki komoditi pertanian buah belimbing dan jambu merah. Namun dikemudian hari kita akan jual ke kelompok tani lain di wilayah Depok dan sekitarnya,’’katanya.
            Air seni fermentasi sangat baik sekali untuk meningkatkan produktivitas buah jambu dan belimbing, terbukti setalah memberikan pupuk cair secara rutin dan sebelumnya memberikan bokashi padat  pada tanaman jambu dan belimbing, buah khas kota Depok ini selalu berbunga dan hampir setiap 4 hari sekali selalu panen. Begitu juga dengan  buah blimbung selalu berbunga dan menghasilkan produksi yang berkualitas.
            Selain memanfaatkan Air seni ternak sebagai pupuk cair, Syukron juga mempergunakan kotoran kambing untuk membuah pupuk bokashi.’’ Bahan buangan dari ternak kambing ini sangat bermanfaat untuk mendukung dunia pertanian terutama di kelompok tani Prima Nusantara,’’katanya.
            Bagi Syukron, ternak kambing selain untuk memenuhi bisnis Catering yang 5 tahun digelutinya itu, sangat bermanfaat untuk usaha agrobisnis yang mulai digelutinya. Apalagi dengan teknologi EM4 yang membuah ternak lebih sehat dan gemuk. ‘’ Dengan teknologi EM4, dalam waktu 3 bulan ternak bisa mencapai 20 – 25 kilogram, ini merupakan keuntungan buat saya,’’katanya.
Budidaya jambu merah juga sangat menguntungkan, karena jambu merupakan salah satu usaha di bidang agribisnis yang menjanjikan keuntungan. Permintaan pasarnya cukup besar, karena jambu merah atau dikenal juga sebagai jambu biji atau jambu klutuk ini, banyak mengandung vitamin A dan C. Pemasarannya tidak hanya di pasar tradisional, tetapi juga di supermarket.
‘’Sekarang ini kelompok Tani Prima Nusantara, memiliki lahan 5 ha dengan 13 anggota tani ini, setiap bulan dapat meraih Rp 50 juta dengan menjual Jambu Biji dan Belimbing Dewi. Produk itu dijual ke pedagang di sekitar pasar Kramatjati,’’katanya.

Dengan EM4
Hasilkan Terong Berkualitas Ekspor
            Karena kualitas yang bermutu (memenuhi persyaratan produk organik), Anto  (50) petahi asal Temanggung Jawa Tengah ini, setiap bulannya mengeksport Terong Jepang ini ke negara  asalnya, negeri sakura.
            Hampir dua tahun ini, Anto dapat memenuhi permintaan suplayer terong Jepang yang nantinya akan di eksport ke Jepang.’’Orang Jepang itu selektif sekali dengan produk organik sehingga mengirimkan tim ahlinya untuk mengawasi proses pertaniannya,’’kata Anto.
            Menurut Anto hanya dengan EM4-lah, impian untuk mengekspor terong Jepang organik dapat terwujud. Terong Jepang memang belum banyak dipasarkan di Indonesia Terong Jepang yang di Jepang dikenal dengan ‘Nasubi’ ini, banyak digunakan masyarakat Jepang sebagai bahan membuat tempura sayuran. Bentuknya mirip dengan terong kopek namun dengan warna lebih gelap (ungu tua) dan lebih kecil. 
Terong yang bahasa latinnya Solanum Melongena L ini, memang sangat disukai masyarakat Jepang yang berfungsi untuk meningkatkan vitalitas. Terung ungu atau terong Jepang memiliki rasa ‘juicy’ yang khas. Teksturnya yang lembut sangat serasi dengan rasa cabai yang pedas menyengat. Sedikit daging, paprika dan mentimun membuat sajian sayuran ini jadi makin kaya rasa.
            ‘’Kepercayaan suplayer terong Jepang ini, setelah saya menggunakan Bokashi dengan fermentasi dari EM4 sesuai dengan perlakukan orang Jepang terhadap tanaman tersebut, jadi terong kami ini sangat memenuhi standar mereka,’’katanya.
            Walau hanya ½ hektar  lahan yang dipergunakan untuk lahan Terong, namun hasilnya mampu mensuplay kebutuhan yang ditargetkan. Selain Terong Jepang, juga ada cabai organik dan jenis sayuran lainnya.
              Sementara itu, Kecab PT. Songgolangit cabang Magelang Jawa Tengah, Sarmo Saputro, merasa bangga karena EM4 dapat memenuhi standar organik seperti yang ditetapkan para suplayer sayuran organik dari Jepang ini. ‘’Dari pertanian terong Pak Anto yang menggunakan EM4 ini, menjadi salahsatu demplot PT. Songgolangit persada untuk wilayah Tumanggung. Dan dengan keberhasilan ini, tentunya memberikan point positif bagi pemasaran EM4 di masa yang akan datang,’’katanya.(A)
  


Coloum Pak Oles Edisi II


Ada Dolar Di Balik Udang
Peluang memperoleh untung dalam bisnis udang masih terbuka lebar, karena udang adalah pasar dunia.  Semakin banyak orang makan udang, maka akan semakin terbuka peluang untuk mendapatkan keuntungan sebagai produsen atau pemasar.

            Rakyat Indonesia belum banyak yang makan udang.  Tapi, yang makan kerupuk udang sangat banyak.  Kenapa demikian?  Karena harga udang mahal, dan harga kerupuk udang jauh lebih murah.  Kenapa harga bisa mahal dan bisa juga murah?  Karena harga tergantung dari daya beli masyarakat.  Kalau masyarakat penghasilannya tinggi, apapun terlihat murah.  Kalau masyarakat penghasilannya rendah, maka apapun terlihat mahal.  Bagaimana cara meningkatkan daya beli masyarakat?  Tingkatkan produktivitas masyarakat dengan keahlian dan ciptakan lebih banyak lapangan kerja.  Itu saja.
     
Kalau ukuran udang 50 ekor per kilogram harganya Rp. 35.000,- apakah murah atau mahal?  Tergantung kantong pembeli.  Bagi mereka yang memiliki uang lebih, tentu murah.  Bagi mereka yang ‘bokek’ tentu mahal.  Kalau harga udang mahal, mungkin lebih baik membeli kerupuknya saja.
 
Bisnis udang sangat susah.  Pembibitannya susah, memeliharanya susah, mengurangi risiko alam juga susah, penyakitnya banyak, risiko gagalnya tinggi, biaya produksi mahal, harga jualnya  turun-naik tergantung pasar.  Jika harga bagus dan produksi meningkat, petambak bisa untung.  Jika harga jeblok dan panen gagal, petambak tinggal pijit kening. 

Kenapa petambak tidak pernah kapok bisnis udang?  Walaupun mereka sudah tahu, bahwa bisnis udang susah dan penuh risiko?  Jawabannya adalah, karena di dalam bisnis udang ada dolar.  Bangsa Amerika, Jepang dan Uni Eropa adalah bangsa pemakan udang.  Negara Indonesia baru bisa memenuhi kebutuhan pasarnya hanya sebagian kecil saja.  Sisanya dipasok oleh Negara Cina, Thailand, Vietnam, India dan negara ASEAN lainnya.  

Peluang memperoleh untung dalam bisnis udang masih terbuka lebar, karena udang adalah pasar dunia.  Semakin banyak orang makan udang, maka akan semakin terbuka peluang untuk mendapatkan keuntungan sebagai produsen atau pemasar.  Masalahnya adalah harga produksi udang dan risiko kegagalan semakin tinggi.  Biaya produksi yang meningkat disebabkan karena faktor harga yang meningkat untuk pakan, obat-obatan, BBM dan upah tenaga kerja.  Banyak perusahaan besar kolaps gara-gara gagal panen, sehingga tidak bisa membayar hutang di bank.  Tapi banyak juga perusahaan-perusahaan yang hidupnya menjadi semakin besar gara-gara berhasil bisnis udang.  Semuanya itu adalah risiko.  Untung dan rugi tidak bisa dihindari dalam berusaha.  Tapi haruslah dicatat, bahwa hanya mereka yang serius menekuni bidangnya bisa berhasil dengan baik.  Keseriusan dan ketekunan dalam menjalankan bisnis udang itulah kemujurannya, yang dicatat dalam pengalaman, ilmu, teknologi dan menejemen.  Barang siapa yang tidak serius dan tidak tekun, maka haruslah bersiap-siap untuk gagal.  Termasuk gagal dalam bisnis udang.    

Bangsa Cina dan Jepang memiliki budaya merenung, yaitu bagaimana merenungkan kembali keberhasilan dan kegagalan.  Apa penyebab keberhasilan dan  kegagalan dalam bisnis udang haruslah direnungkan dengan baik, sehingga mereka mengetahui jawabannya.  Jawaban dari setiap perenungan tentang keberhasilan dan kegagalan bisnis udang dirangkum menjadi ilmu, teknologi dan menejemen.  Dan mereka menguasai hal itu sampai ke detil-detilnya.  Untuk hal ini, kita perlu banyak belajar dari mereka.  Jangan sampai kita hanya mengetahui kulit luarnya saja dalam bisnis udang, yaitu kalau untung karena nasib baik, kalau rugi karena nasib buruk.  

Jika bangsa kita mengetahui ilmu, teknologi dan menejemen bisnis udang dengan baik, maka harga udang bisa menjadi terjangkau oleh seluruh rakyat Indonesia.  Seperti halnya ikan mas, gurami, bandeng dan patin, yang harganya terjangkau oleh masyarakat, karena masyarakat bisa meproduksinya sendiri, karena ilmu, teknologi dan menejemennya sudah dikuasai.  Jika semuanya itu bisa dilakukan, maka pangsa pasar udang akan semakin terbuka lebar.  220 juta rakyat Indonesia siap membeli udang setiap hari.  Bukan hanya kerupuknya saja.*

EM CONER Edisi II

Mojokerto, Surabaya
Warga Manfaatkan  Pupuk Kandang
             Dengan mengaplikasikan teknologi EM4 Peternakan, H. Soleh, warga Kota Mojokerto Jawa Timur memanfaatkan kotoran ternak sapinya untuk menjadi Bokashi Pupuk Kandang yang dipergunakan untuk memupuk kebun Jagungnya. Selain itu, ia juga menjadikan lahan ternaknya sebagai pusat pengolahan bokashi.
‘’Penggunakan Teknology Effektif Microorganisme (EM4), limbah yang dihasilkan dari kotoran Sapi telah dimanfaatkan untuk membuat bokashi  yang bermanfaat bagi tanaman. Tak hanya itu, dengan teknologi EM4 peternakan ini, menjadi solusi pencemaran udara karena bau tak sedap yang dihasilkan dari kotoran ternak,’’katanya.
            Kandang Sapi yang berada di seputar pemukiman ini, sebelumnya banyak dirisaukan penduduk sekitar. Sebab bau limbah yang dihasilkan dari kotoran hewan sangat mengganggu sehingga H. Soleh berpikir keras untuk menangani masalah yang dikeluhkan warga tersebut.
            ‘’Sebelumnya, kotoran sapi yang menggunung ini, saya jadikan pupuk kandang dengan cara  alami dan dibiarkan begitu saja. Namun cara ini mengundang bau tak sedap sehingga banyak warga setempat memprotes keberadaan lahan ini,’’katanya.
Untungnya, PT. Songgolangit Persada cabang Surabaya bekerja sama dengan mahasiswa peternakan setempat, mengembangan biogas sebagai energi alternatif, ‘’PT. Songgolangit  sendiri mengajarkan fermentasi pupuk kandang dengan teknologi EM4 yang selanjutnya dijadikan biogas untuk dimanfaatkan sebagai  energi alternatif terbarukan yang ramah lingkungan,’’kata Kacab Surabaya, Raharko.
            Menurut Harko,  dengan menggunakan EM4 bisa menghasilkan biogas sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah dan pupuk organik yang kaya akan zat hara yang dibutuhkan tanaman. Pupuk organiknya dapat dipakai sendiri atau dijual kepada petani lain.
            Keuntungan lain menggunakan EM4, pada areal kandang ternak tidak lagi berbau sehingga tidak mengundang lalat untuk datang dan tidak mendapat komplen dari warga sekitar.  Untuk memperkenalkan EM4 ke peternak sapi lainnya, para mahasiswa yang melakukan Kuliah Kerja Nyata  terus melakukan kerjasama dengan PT. Songgolangit Persada sebagai agen tunggal EM4. (A) 

Magelang
Permintaan Bokashi Kotaku Tinggi
            Gairah pemakaian pupuk bokashi kotaku di kota Magelang Jawa Tengah cukup tinggi, terutama pada budidaya  tanaman palawija, sayuran dan padi. Meski begitu, PT. Songgolangit Persada sebagai produsen terus berupaya melakukan terobosan dan perluasan wilayah terutama menjangkau para petani yang ada di Pulau Jawa. Untuk memudahkan distribusi, bokashi kotaku yang menggunakan teknologi EM4 ini sebagian di produksi kota Megelang.
            Menurut Kacab PT. Songgolangit Persada Cabang Magelang Jawa Tengah, Sarmo Saputro, produksi Bokashi Kotaku di Kota Magelang ini untuk mempermudah distribusi ke konsumen yang ada di kota yang terkenal dengan Candi Borobudurnya.‘’Kebutuhan Bokashi Kotaku sangat tinggi, mengingat harga pupuk kimia semakin mahal dan bokashi kotaku menjadi solusi para petani dalam meningkatkan hasil produksi pertanian,’’katanya.
Sementara ini, pesanan Bokashi Kotaku paling banyak datang dari petani sekitar kota Magelang  yang dikenal sebagai sentra penghasil sayuran dan tanaman palawija. Permintaan pupuk Bokashi Kotaku diprediksi terus meningkat seiring dengan promosi yang gencar serta sosialisasi awak PT. Songgolangit Persada cabang Magelang.
Animo petani terhadap pupuk yang diproduksi melalui proses fermentasi Teknologi EM (Effective Microorganisms) cukup besar, karena banyak petani yang sudah merasakan manfaatnya. Ada petani yang sudah berkali-kali  menerapkan pemupukan dengan Bokashi Kotaku tersebut. Pupuk yang dibuat dari beragam bahan organik ini, tidak hanya mendongkrak produksi sekaligus dapat memperbaiki struktur dan tekstur  tanah.
‘’Tanah lebih gembur dan subur, asalkan dipupuk secara rutin dan teratur. Dengan kondisi seperti ini, memacu gairah petani untuk bertani dan mendatangkan keuntungan dari hasil bertani tanpa takut gagal panen,’’katanya.
Memang keunggulan dan manfaat Bokashi Kotaku ini bentuknya halus sehingga lebih cepat  terserap oleh akar tanaman. Memiliki Unsur makro dan mikro yang dibutuhkan  tanaman dan mampu menekan bakteri jahat panthogen serta meningkatkan produksi tanaman.(A)

Bogor
Jeruk Kasturi  Berbuah Lebat Berkat EM4
            Jeruk Kasturi merupakan sejenis jeruk peras yang memiliki rasa masam dan segar. Di Indonesia jeruk ini belum banyak dikembangkan karena pemasarannya yang sulit. Namun, bagi Kebun Wisata Pasir Mukti, komoditi ini menjadi ‘maskot’ kebun wisata seluas 50 hektar di daerah Citereup Bogor.
Maka itu tak heran, jika berkunjung ke kebun wisata organik yang menggunakan teknologi EM4 ini, tiket masuk akan ditukar dengan segelas minuman segar jeruk kasturi. ‘’Memang  yang disebut jeruk lemon cui ini, menjadi maskot perkebunan kami, setiap tamu yang berkunjung, akan kami suguhkan minuman sirup Lemon Cui yang menjadi ciri khas perkebunan ini sehingga para tamu akan merasakan kesegaran jeruk organik ini,’’kata Kepala Devisi Agro, Ir. Cecep M. Ramdan
Jeruk kasturi atau jeruk kalamanji di Fhilipina, biasanya dipergunakanmasyarakat khususnya Indonesia bagian timur untuk membuat sambal, jus dan minuman segar lainnya.
 Di Wisata Pasir Mukti ini, jeruk kasturi dijadikan sirop. Dan sisa perasannya masih bisa dipergunakan untuk selai. Selain dikonsumsi sendiri, hasil produksinya, dijual  ke restoran Menado yang mulai menjamur di Jakarta.
Menurut Cecep, keberhasilan budidaya jeruk kasturi ini karena pengaruh aplikasi pupuk bokashi cair yang secara rutin diberikan sehingga buahnya menjadi lebih lebat. ‘’ Kalau memakai bokashi cair secara rutin, hasilnya lebih melimpah,’’katanya.
 Cecep juga sangat menghindari penggunaan pupuk kimia, karena menurutnya, di Kebun Wisata Pasir Mukti ini, tidak hanya mengambil hasil komoditi perkebunan saja, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan.  Kebun Wisata Pasir Mukti memang kebun wisata agro yang ramah lingkungan dengan panorama hamparan sawah diantara kebun buah dan kolam ikan. Terletak diantara Desa Tajur, Pasir Mukti dan Gunung Sari Kecamatan Citeureup, Bogor. Melalui wisata agro yang mendidik dan menghibur, Pasir Mukti menawarkan pengenalan dan pengetahuan pertanian bagi pengunjung khususnya generasi muda.(A)

Bali
EM4 Tingkatkan Hasil Produksi Cengkeh
Kalau tidak mencoba sendiri memang banyak orang yang tidak percaya dengan teknologi EM4 ini. Seperti dialami mantan Sekda Kabupaten Buleleng, Nengah Rinta (70) di Desa Asah Duren Negara Bali. Pada awalnya,  ia tidak pernah peduli dengan teknologi EM4, karena dalam pikirannya, masa sih penggunaan bakteri bisa menyuburkan tanaman? Namun setelah membuktikan langsung, Nengah sangat yakin 100% bahwa, EM4 mampu meningkatkan produksi perkebunan Cengkehnya.
 ‘’Saya terus terang terlambat mengadopsi teknologi yang diusung putra Desa Bengkel, Busung Hiu, Buleleng Bali  ini, kalau dari dulu memakai EM4, sekarang tinggal menikmati hasil perkebunan yang berlimpah,’’katanya.
 Nengah yang pernah menjadi Camat Busung Hiu  menceritakan, perkebunan cengkeh seluas 4 hektar itu, selalu dipupuk kimia. Di awal-awal masa berbunga, pupuk kimia memberikan hasil yang cukup bagus, namun setelah sekian tahun panen (tahun 1990 – 2000), tahun berikutnya produksi semakin menurun dan selanjutnya  pohon menjadi kering.
‘’Saya baru menyadari, untuk  menjaga kesuburan tanah tak hanya sekadar memperhatikan komposisi unsur-unsur kimia di dalam tanah atau yang menjadi nutrisi bagi tanaman. Lebih dari itu, perlu memperhatikan mikroorganisme yang hidup di dalamnya. Makhluk renik ini sangat penting keberadaannya untuk mengolah tanah,’’katanya.
Untuk itulah, Nengah memberikan bokashi dan memyemprotkan EM4 setiap dua hari sekali dalam satu bulan. Karena rutin, sekarang tanaman cengkeh sudah kembali normal berbunga dan mulai  meningkatkan produksi. 
Seperti  dikatakan Kacab PT. Songgolangit Cabang Bali, Ir. Ilham Rasidi, mikroorganisme yang ada di EM4  membantu ’kehidupan’  tanah. Mereka membantu proses pelapukan  materi organik ke dalam tanah. Selain menyuburkan, materi organik memperbaiki komposisi air dan udara di dalam tanah sehingga  tanah memiliki struktur dan tekstur yang baik untuk perakaran tanaman.
Menurut Ilham, dalam mengembangkan pertanian organik, tanah adalah bagian penting dari proses budidaya pertanian. Tanah yang sehat dan subur akan menjadi tempat tumbuh ideal bagi tanaman. Agar usaha pertanian bisa berkelanjutan, perlu adanya pengelolaan tanah yang baik. Karena itu, tanah harus subur secara alami dan EM4 menjadi solusi. (A)