Selasa, 22 Mei 2012

EM Coner 1

Dengan EM4 
Produksi Pepaya  Lebih Tinggi

Pertumbuhan pohon pepaya yang diolah dengan teknologi EM4 menunjukan tingkat pertumbuhan yang maksimal.Sehingga usaha ini sangat menguntungkan. Apalagi kebutuhan buah pepaya terutama di Bali sangat besar.

‘’Kebutuhan komoditi pertanian seperti pepaya organik, cukup besar di Bali dan mencapai 50-60 ton per hari,’’jelas sutarto. petani yang mengembangkan agrobisnis pepaya di wilayah Bali
Pepaya organik yang dikembangkan Sutarto, ada beberapa jenis seperti pepaya Bangkok, Thailand dan Red Lady serta California. Keunggulan pepaya Bangkok besarnya mencapai berat 2-3 kg, dan ternyata setelah dikembangkan di Bali hasilnya lebih bagus rasanya lebih manis meski pertumbuhannya hampir sama dengan pepaya lainnya. Jadi menanam dari umur sekitar dua bulan sampai umur empat bulan sudah berbunga enam bulan kemudian sudah berbuah dan sudah memulai panen. Untuk satu pohon jika dipelihara secara bagus akan menghasilkan buah sebanyak seratus buah selama dua tahun.
Untuk perawatan, pemupukan menggunakan teknologi EM4, baik cair (urine sapi yang telah difermentasi dengan EM4) juga dengah pupuk bokashi. Untuk pupuk cairnya dengan cara dikocor. Perawatan sampai umur dua bulan menghabiskan pupuk cair 1-1,5 liter untuk satu pohon, setelah dewasa pupuk cair yang digunakan mencapai 10-15 liter, setelah berbuah menghabiskan pupuk cair 30-35 liter. Sedangkan pupuk padat (bokashi) digunakan pada waktu  menanan dengan perbandingan dalam 1 hektar digunakan 10 ton bokashi.
Pepaya organik merupakan pepaya dalam sistem budi dayanya menerapkan penggunaan produk-produk organik seperti pupuk organik (EM4), pestisida organik serta zat perangsang organik. Untuk pupuk yang digunakan berasal dari kotoran ternak yang difermentasi dengan EM4, kemudian pestisida dari tanaman-tanaman obat dan zat perangsang dari rumput laut.
“Untuk teknik budi daya pepaya organik kami, seratus persen menggunakan pupuk organik,” katanya.
Sutarto mengungkapkan, pengembangan tanaman pepaya organik yang dilakukan pihaknya terdapat dibeberapa tempat seperti di Ubud, Payangan, Karangasem serta Klungkung, dengan target ditiap kabupaten minimal membudidayakan pepaya organik masing-masing seluas 5 hektar.
“Budi daya pepaya organik cukup prospektif dikembangkan di Bali, apalagi melihat peluang pasarnya yang sangat terbuka lebar, maka target kami membudidayakan pepaya organik seluas masing-masing 5 hektar bisa memenuhi permintaan pasar,'' katanya.
Menurut Sutarno, petani yang mengembangkan agrobisnis pepaya di wilayah Bali, agak terhalang dengan beberapa kendala diantaranya hama putih yang menyerang, namun petani harus kreatif untuk mengatasi bisa dilakukan dengan menyemprotnya dengan menggunakan pestisida organik dengan menggunakan tanaman obat yang diekstrak  dengan EM4.caranya
Untuk membudidayakan pepaya tersebut lahan yang paling bagus yaitu di bawah lima ratus meter dari permukaan laut, kalau di atas cenderung pepaya terasa pahit, sebab penyinaran kurang yang mengakibatkan getah tidak akan pecah, jika menanam di bawah lima ratus terkena sinar getah akan pecah dan buahnya akan terasa manis.
Secara hitungan ekonomis, untuk satu pohon sampai panen menghabiskan biaya sebesar Rp 20 ribu, sedangkan harga jual pepaya Rp 7 ribu-Rp 15 ribu per buah. “Bahkan, saya pernah jual pepaya organik dengan harga Rp 50 ribu per buah di Ubud,” ujarnya.
Untuk produksi, karena baru pengembangan di Bali pihaknya belum bisa menutupi permintaan pasar di Bali sebesar 50-60 ton, pihaknya hanya mampu memproduksi pepaya 500 kg- 1 ton, dan kalau panen bagus bisa mencapai 5 ton.“Petani pepaya tidak akan kesulitan akses pasar, sebab permintaan masih banyak. Saya bisa menampung hasil petani hingga mencapai 6 ton," katanya. (Ilham/A)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar