Rabu, 14 Maret 2012

Selayang Pandang

BERKEBUN CENGKEH SECARA ORGANIK 
KARENA KEPEPET

 Kebun cengkeh yang berbunga adalah hamparan tambang emas hijau, yang bisa menghasilkan uang dan kesejahteraan.   Cengkeh yang pada awalnya di Indonesia tumbuh di Maluku berasal dari Zanzibar, Afrika Timur.  Kemudian dari Maluku tanaman cengkeh menyebar ke pusat-pusat pembibitan tanaman perkebunan di Indonesia dan selanjutnya ditanam oleh petani-petani untuk dibudidayakan di lahan-lahan perkebunan yang cocok ditanami cengkeh.  Tanaman cengkeh cocok tumbuh di tanah merah-coklat yang subur, terletak di ketinggian 300-600 meter di atas permukaan laut dengan suhu 22-300 Celcius.  Kesuburan tanah bisa dimodifikasi dengan pemupukan, akan tetapi jika suhu udara dingin di bawah 220 Celcius, sering berkabut dan curah hujan tinggi, maka tanaman cengkeh tidak rajin berbunga, tapi rajin berdaun.  Sejak tahun 1970 sampai dengan 1980 an petani sedang giat-giatnya menanam cengkeh. 

Petani cengkeh merasa bangga menjadi petani karena hasilnya cukup besar dibandingkan menanam tanaman perkebunan lainnya.  Semenjak tahun 1990-an, saat ada kebijakan pemerintah membangun Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC), yang bertujuan menjaga harga cengkeh agar tetap tinggi dengan mendompleng Lembaga Koperasi Unit Desa, ternyata lembaga tersebut justru mengakibatkan harga cengkeh turun dari sepuluh ribu rupiah menjadi dua ribu rupiah per Kg dalam periode delapan  tahun.  Hal inilah yang menyebabkan banyak petani cengkeh ngambek dengan menebang pohon cengkehnya dan merubah lahan perkebunannya menjadi lahan sawah atau menanam tanaman lain dengan harapan bisa bertahan hidup.   

Setelah Krisis moneter tahun 1998, harga cengkeh kembali ke harga normal lima puluh ribu rupiah per Kg, sehingga petani bisa bernafas lebih lega lagi.  Dalam periode delapan tahun musim paceklik harga, banyak tanaman cengkeh terlantar tidak dipupuk dan tidak dirawat, akhirnya banyak yang kena penyakit sapu setan, rantingnya meranggas kering.  Di beberapa daerah, tanaman cengkeh berfungsi sebagai tanaman sela dan tanaman perindang yang menaungi tanaman kopi.  Jika harga cengkeh seratus ribu rupiah per Kg, maka petani cengkeh bisa kaya.  Tetapi jika harga cengkeh masih standar lima puluh ribu rupiah per Kg, maka petani cengkeh hidupnya akan tetap biasa-biasa saja.
           
          Pasar cengkeh yang paling banyak adalah untuk rokok kretek.   Semakin banyak orang yang merokok kretek, maka kebutuhan cengkeh akan semakin banyak pula, sehingga harga bisa stabil di angka rata-rata.  Harga cengkeh tidak akan bisa tinggi, karena harga sudah ditentukan oleh saudagar agar tidak tinggi, karena pabrik rokok juga masih mempunyai stok bahan baku cengkeh untuk tiga tahun ke depan.    Harga cengkeh juga tidak akan bisa turun sekali, karena petani juga tidak mau menjual dengan harga murah, karena petani cengkeh juga bukan orang miskin, dia masih cukup makan, sehingga dia tidak harus buru-buru menjual cengkehnya, kecuali ada kebutuhan khusus.   Hal inilah yang paling efektif untuk menjaga keseimbangan harga cengkeh secara rata-rata, dibandingkan dengan BPPC bentukan pemerintah.

          Dengan meningkatnya harga pupuk kimia dan pestisida kimia, petani cengkeh secara alami mengembangkan sistim pertanian cengkeh terpadu, dengan beternak sapi, kambing, yang makanannya bisa diperoleh dari tanaman pagar, tanaman sela atau rumput-rumput di sekitar tanaman cengkeh.  Kotoran ternak bisa dimanfaatkan untuk pupuk organik, kencing ternak juga bisa digunakan untuk pupuk organik cair.  Jerami kering juga bisa digunakan sebagai mulsa penutup perakaran tanaman yang dihamparkan di sekitar tajuk tanaman.  Pemanfaatan EM (Effective Microorganisms) untuk campuran minum ternak, memandikan ternak menyemprot kotoran ternak sangat baik untuk mempercepat proses fermentasi kotoran ternak, membuat pupuk bokashi cair, membuat biourine dan mengurangi polusi bau kotoran ternak.  Kotoran ternak yang telah terfermentasi tersebut sangat baik untuk menyuburkan tanah.   Dalam menghadapi krisis moneter, saat harga pupuk kimia melonjak, petani melakukan improvisasi penerapan Teknologi EM untuk pemupukan dan penyuburan tanah.   

        Dalam waktu sepuluh tahun, petani sudah merasakan manfaat penggunaan pupuk organik  untuk meningkatkan produksi tanaman cengkeh melalui pertanian organik.  Mereka menerapkan pertanian organik bukan karena isu lingkungan, tetapi karena kepepet ekonomi yang mengakibatkan mereka tidak bisa membeli pupuk kimia.  Pada akhirnya petani sudah memahami makna isu lingkungan, manfaat kelestarian lingkungan untuk kesuburan tanah, arti dari pertanian terpadu untuk efisiensi produksi pertanian.  Dengan bekerja mereka memahami.  Dengan mengerti mereka tekun melaksanakan pertanian organik.  Jika pertanian organik hanya dipelajari lewat buku dan seminar, maka petani belum tentu melaksanakannya, karena mereka belum memahami manfaatnya. 
           
        Anomali musim di tahun 2010 dan 2011, yang mengakibatkan banyak hujan, berawan dan kurang sinar matahari, yang menyebabkan tunas bunga tanaman cengkeh yang seharusnya muncul di awal tahun telah berubah menjadi tunas daun.  Harapan petani untuk memanen cengkeh di pertengahan tahun 2011 menjadi sirna.  Petani sudah membaca tanda-tanda alam yang berlebih mencurahkan hujannya, sehingga mereka sudah memprediksi bahwa di tahun 2011 akan terjadi gagal panen, akibat tanamannya gagal membentuk bunga.  Petani cengkeh mengencangkan ikat pinggangnya untuk hidup hemat dengan lebih sedikit menjual hasil panennya dan masih menyimpan di gudangnya untuk bekal.  Secara perlahan-lahan harga cengkeh akan terdongkrak saat cengkeh dijual perlahan-lahan.  Jika kesuburan tanah bisa dikelola dengan pemupukan agar produksi tanaman meningkat, tapi dalam menghadapi masalah iklim yang tidak bersahabat, terlalu banyak air dan terlalu banyak mendung, maka petani hanya bisa pasrah, hasil panen ditentukan oleh Yang Di Atas.  Belum ada teknologi yang bisa merubah iklim.  Sambil tersenyum kecut petani cengkeh bergumam, “tanaman cengkeh saya lagi KB, lagi mandul, tidak berbunga tahun ini.”   *****         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar