EM4 Pelopor Pertanian Organik
Siapa tak kenal Teknologi
Effective Microorganisms (EM4) dalam dunia pertanian, karena
produk asal Jepang ini salah satu pelopor pertanain organik di Dunia
Pertanian organik sebenarnya sudah sering didengar Sugeng (40) petani asal Desa Sudimoro, Kec. Sidomulyo, Kab. Candimulyo Magelang Jawa Tengah. Namun untuk beralih ke sistem yang bebas kimia itu, ia masih ragu - ragu, jangan-jangan hasil produksi padinya menurun dan gagal.
Berkali-kali
disarankan menggunakan pupuk organik, berkali-kali pula ditolaknya. Sekarang
ini, pupuk bersubsidi sedang langka, walaupun ada di pengecer harganya cukup
mahal. Sugeng yang memiliki lahan sawah sekitar 1 hektar ini, pusing tujuh
keliling mencari pupuk.
Sedang Abi
Royani (41) petani yang sudah lama mengusung
organik dengan teknologi EM4, tak terpengaruh dengan kondisi perpupukan yang
carut marut, bahkan produksi padi terus meningkat dan mampu menembus angka 8 -
10 ton/ha. Bagi Abi, 10 ton/ha masih belum ideal, menurutnya ia akan memaksimal
hingga mencapai 12 ton/ha.
Sedang Sugeng
yang menggunakan pupuk kimia dengan dosis yang terus ditambah, hanya mampu
menghasilkan padi sebanyak, 5 – 6 ton/ha. Hal ini disebabkan, karena penggunaan
pupuk kimia akan terjadi kejenihan peningkatakan produksi padi (levelling off),
pemakaian pupuk yang berlebihan meskipun dosis pupuk yang digunakan semakin
tinggi tetapi peningkatan produksi yang diperoleh semakin menurun.
Perbedaan yang cukup mencolok dengan sistem pertanian
organik. ‘’Kalau mau jujur, untuk beralih ke pertanian organik tak serta merta
produksi bertambah, bisa jadi mengalami penurunan produksi pada awal-awalnya.
Karena sistem ini, harus memperbaiki dulu kondisi tanah yang rusak akibat
penggunaan pupuk kimia. Dan setelah itu, secara bertahap produksi akan
meningkat tergantung bokashi yang ditanam dilahan tersebut. Semakin banyak
semakin baik dan semakin cepat
berproduksi,’’kata Abi.
Karena
itulah, Abi selalu mengajak petani lain untuk mengikuti langkahnya
menggunakan EM4 dan beralih ke pertanian
organik sehingga petani yang lainnya juga dapat memperoleh manfaat yakni tidak
bergantung dengan pupuk kimia.
EM4 Tingkatkan Produksi Pertanian
Sepintas
penggunaan bahan kimia menunjukan hasil memuaskan dalam meningkatkan produksi,
namun penggunaan bahan kimia secara terus menerus mempunyai efek merusak tanah,
air dan lingkungan. Karena itulah teknologi EM4 merupakan solusi bagi persoalan
pertanian sekarang ini.
Teknologi
EM4 merupakan bioteknologi yang sejalan
dengan prinsip-prinsip pertanian yang berwawasan lingkungan, mengurangi atau
menekan penggunaan pupuk kimia dan pestisida dengan memanfaatkan sistem alami
untuk meningkatkan produktivitas tanah, mengurangi biaya produksi, menghasilkan
bahan pangan yang tidak terkontaminasi bahan kimia.
Teknologi
yang berasal dari Jepang ini, menggunakan bahan baku alami hasil-hasil limbah pertanian dan
pupuk kandang. Bahan-bahan organik yang difermentasi oleh EM4 tersebut,
dimasukkan kembali ke dalam tanah sebagai pupuk untuk meningkatkan kualitas
tanah.
Effective
Microorganisms ( EM ) merupakan kultur campuran mikroorganisme bermanfaat, yang
terdiri dari bakteri fotosintetik ( Rhodopseudomanas Sp. ), Sreptomyces Sp.,
Actinomycetes Sp., Bakteri Asam Laktat ( Lactobacillus Sp. ), dan ragi/yeast (
Sacharomyces Sp. )
Menurut Pakar
Pertanian Organik, G.N Wididana, EM4
bertindak sebagai agen pengendali secara biologis dengan cara menghambat efek
fitopatogenik mikroorganisme tanah dan
memfasilitatori dekomposisi senyawa beracun di dalam tanah. Teknologi
yang menggabungkan berbagai mikroorganisme menguntungkan ini, dapat digunakan
untuk meningkatkan penganekaragaman biologi tanah, meningkatkan kualitas air,
mengurangi kontaminasi tanah dan merangsang penyehatan dan pertumbuhan tanaman
yang semua ini berarti meningkatkan hasil.
‘’Perlakukan EM4
ke dalam tanah dapat meningkatkan ketersediaan kandungan nutrisi yang dapat diserap oleh perakaran tanaman. Mikroorganisme
yang menguntungkan dalam EM4, dapat menyuburkan tanah melalui menyediaan
nitrogen bagi tanaman kurang lebih 30%, meningkatkan serapan P tanah dan
melarutkan fosfat. Selain itu, mikroorganisme yang berasal dari EM4 juga dapat
menghasilkan asam-asam organik yang mampu bereaksi melarutkan meneral-mineral
tanah,’’katanya.
Pemberian EM4 ke
dalam tanah juga mampu meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme tanah
sehingga jumlah dan aktivitas mikroorganisme juga meningkat. Mikroorganisme
yang terdapat dalam kultur EM4 juga dapat mengatur keseimbangan mikroorganisme
tanaman dan tanah.
Tak hanya itu, peningkatan
konsentrasi EM4 menyebabkan populasi mikroorganisme dalam tanah meningkat dan
aktivitas penguraian bahan organik berupa gula, alkohol, asam asetat, asam
amino dan senyawa organik lain termasuk CO2 juga meningkat.
Melihat
prilakuk petani yang serba instan dan praktis dalam pemberian pupuk, pupuk yang
difermentasi (bokashi) dapat dibuat dalam 4 - 7 hari dan siap dipakai dalam
waktu singkat. Selain itu, pembuatan
bokashi tak memerlukan biaya yang mahal, sehingga sangat efektif dan efisien
bagi pertanian dalam peningkatan produksi.
Dimensi
Baru Pertanian Modern
Teknologi EM (
Effective Microorganisms ) pertama kali dikembangkan oleh Prof. Dr. Teruo Higa,
seorang guru besar Fakultas
Holtikultura University
of the Ryukus Okinawa Jepang. Sampai saat ini, Teknologi EM telah dimanfaatkan
dan dikembangkan oleh lebih dari 55 negara di dunia.
Teknologi EM
berkembang sebagai dimensi baru dalam pertanian modern, terbukti dengan didirikannya Pusat Penelitian
EM yaitu International Nature Farming Research Centre (INFRC) yang berpusat di
Atami, Jepang. Pada tahun 1989 diadakan suatu Konferensi Internasional untuk
memperkenalkan Teknologi EM ke wilayah Asia Pasifik. Dalam konferensi tersebut
dibentuklah APNAN (Asia Pasific Natural Agriculture Network).
Tujuan utama APNAN
adalah membentuk suatu jaringan internasional antara para ilmuan dalam wilayah asia pasific, dalam rangka peningkatan penelitian,
pendidikan, praktek dan teknologi pertanian alami yang akrab lingkungan.
Kegiatan-kegiatan APNAN didasarkan pada prinsip-prinsip pertanian alami yang
akrab lingkungan.
Pada tahun 1991
di Brazil dibentuk organisasi SANAN (South American Nature Agricultural
Network) yaitu organisasi-organisasi negara-negara Amerika Latin atau Amerika
Selatan yang bergerak dalam bidang pertanian alami menggunakan teknologi EM.
SANAN menyelenggarakan penelitian dibeberapa negara anggota tentang sistem
pertanian dengan biaya rendah (Low Input Farming System) dengan menggunakan
teknologi EM.
Keberhasilan penerapan
teknologi EM pada pertanian, menelurkan banyak badan atau lembaga peneliti yang
mendukung pengembangan teknologi ini antara lain, NFRD (Nature Farming Research
and Development Foundation) berpusat di Santa Rosa, Lompoc, California.
Mokichi Okada
Foundation Nature Farming Departement
berpusat di Villa Marienna, Sao
Paulo, Brazil.
Kyusei Nature Farming Societies berpusat di Jepang. Korea
Nature Farming
Research Center
berpusat di Kwonsonku, Suwon,
Korea Selatan.
Effektive Microorganisme Research Organisation
(EMRO) berpusat di Jepang. EMRO ini,
membiayai proyek penelitian dan penerapan teknologi EM dalam skala yang luas
dan besar, mensponsori seminar dan konferensi Internasional tantang hasil-hasil
penelitian teknologi EM. Di Indonesia sendiri, pengembangan teknologi EM
dilakukan sejak tahun 1990 oleh Indonesia Kyusei Nature Farming Sicieties
(IKNFS).
Sekarang ini, EM4
menjadi pelopor pertanian organik di Indonesia
terus berkembang di bawah bendera PT. Songgolangit Persada sebagai agen tunggal
pemasaran EM4 keseluruh wilayah Indonesia.
Jadi tak beralasan jika petani seperti Sugeng ragu-ragu menggunakan teknologi
EM4 akan menyebabkan penurunan hasil produksi panen padinya, sementara Abi Rohani menikmati hasil yang
memuaskan. (A)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar