Dengan EM4
Produksi Pepaya Lebih Tinggi
|
Pertumbuhan pohon pepaya yang diolah
dengan teknologi EM4 menunjukan tingkat pertumbuhan yang maksimal.Sehingga
usaha ini sangat menguntungkan. Apalagi kebutuhan buah pepaya terutama di
Bali sangat besar.
‘’Kebutuhan komoditi pertanian seperti
pepaya organik, cukup besar di Bali dan mencapai 50-60 ton per hari,’’jelas
sutarto. petani yang mengembangkan agrobisnis pepaya di wilayah Bali
Pepaya organik yang dikembangkan
Sutarto, ada beberapa jenis seperti pepaya Bangkok, Thailand dan Red Lady
serta California. Keunggulan pepaya Bangkok besarnya mencapai berat 2-3 kg,
dan ternyata setelah dikembangkan di Bali hasilnya lebih bagus rasanya lebih
manis meski pertumbuhannya hampir sama dengan pepaya lainnya. Jadi menanam dari
umur sekitar dua bulan sampai umur empat bulan sudah berbunga enam bulan
kemudian sudah berbuah dan sudah memulai panen. Untuk satu pohon jika
dipelihara secara bagus akan menghasilkan buah sebanyak seratus buah selama
dua tahun.
Untuk perawatan, pemupukan menggunakan
teknologi EM4, baik cair (urine sapi yang telah difermentasi dengan EM4) juga
dengah pupuk bokashi. Untuk pupuk cairnya dengan cara dikocor. Perawatan sampai
umur dua bulan menghabiskan pupuk cair 1-1,5 liter untuk satu pohon, setelah
dewasa pupuk cair yang digunakan mencapai 10-15 liter, setelah berbuah
menghabiskan pupuk cair 30-35 liter. Sedangkan pupuk padat (bokashi)
digunakan pada waktu menanan dengan
perbandingan dalam 1 hektar digunakan 10 ton bokashi.
Pepaya organik merupakan pepaya dalam
sistem budi dayanya menerapkan penggunaan produk-produk organik seperti pupuk
organik (EM4), pestisida organik serta zat perangsang organik. Untuk pupuk
yang digunakan berasal dari kotoran ternak yang difermentasi dengan EM4,
kemudian pestisida dari tanaman-tanaman obat dan zat perangsang dari rumput
laut.
“Untuk teknik budi daya pepaya organik
kami, seratus persen menggunakan pupuk organik,” katanya.
Sutarto mengungkapkan, pengembangan
tanaman pepaya organik yang dilakukan pihaknya terdapat dibeberapa tempat
seperti di Ubud, Payangan, Karangasem serta Klungkung, dengan target ditiap
kabupaten minimal membudidayakan pepaya organik masing-masing seluas 5
hektar.
“Budi daya pepaya organik cukup
prospektif dikembangkan di Bali, apalagi melihat peluang pasarnya yang sangat
terbuka lebar, maka target kami membudidayakan pepaya organik seluas
masing-masing 5 hektar bisa memenuhi permintaan pasar,'' katanya.
Menurut Sutarno, petani yang
mengembangkan agrobisnis pepaya di wilayah Bali, agak terhalang dengan
beberapa kendala diantaranya hama putih yang menyerang, namun petani harus
kreatif untuk mengatasi bisa dilakukan dengan menyemprotnya dengan
menggunakan pestisida organik dengan menggunakan tanaman obat yang diekstrak dengan EM4.caranya
Untuk membudidayakan pepaya tersebut
lahan yang paling bagus yaitu di bawah lima ratus meter dari permukaan laut,
kalau di atas cenderung pepaya terasa pahit, sebab penyinaran kurang yang
mengakibatkan getah tidak akan pecah, jika menanam di bawah lima ratus
terkena sinar getah akan pecah dan buahnya akan terasa manis.
Secara hitungan ekonomis, untuk satu
pohon sampai panen menghabiskan biaya sebesar Rp 20 ribu, sedangkan harga
jual pepaya Rp 7 ribu-Rp 15 ribu per buah. “Bahkan, saya pernah jual pepaya
organik dengan harga Rp 50 ribu per buah di Ubud,” ujarnya.
Untuk produksi, karena baru
pengembangan di Bali pihaknya belum bisa menutupi permintaan pasar di Bali
sebesar 50-60 ton, pihaknya hanya mampu memproduksi pepaya 500 kg- 1 ton, dan
kalau panen bagus bisa mencapai 5 ton.“Petani pepaya tidak akan kesulitan
akses pasar, sebab permintaan masih banyak. Saya bisa menampung hasil petani
hingga mencapai 6 ton," katanya. (Ilham/A)
|
Selasa, 22 Mei 2012
EM Coner 1
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar