Rabu, 01 Februari 2012

Salam Redaksi edisi III

Teknologi  Murah Bagi Petani
Dewasa ini, sebagian besar lahan pertanian diberbagai wilayah Indonesia  (terutama Pulau Jawa) banyak mengalami kerusakan, menurut data litbang Departemen Pertanian, carbon atau C organik sudah berada di bawah 1%. Kondisi ini, sangat memprihatinkan. Karena itu, petani sangat bergantung sekali dengan pupuk kimia untuk mempertahankan produksi hasil pertaniannya. 

Namun sayangnya, pupuk sedang langka sekarang ini, pupuk yang disubsidi pemerintah menjadi rebutan petani. ‘’Tak ada pupuk, tak bisa menanam,’’begitu keluh petani. Bahkan untuk meningkatkan atau minimal menghasilkan produsi yang sama dengan panen sebelumnya, dosis pengunaan pupuk kimia harus ditambah.

Di Indonesia, pada awal sistim bimas diperkenalkan,  dosis pemupukan tanaman padi hanya sekitar 50 - 70 Kg per hektar, dalam rentang waktu 25 tahun terjadi peningkatan dosis pupuk 17 - 24 kali lipat. Kebutuhan pemupukan (Urea, TSP, NPK dan KCL) untuk tanaman padi saat ini, telah mencapai dosis total lebih dari 1.200 Kg per hektar. 

Intensitas pemakaian bahan - bahan kimia dalam intensifikasi lahan  baik sebagai pupuk, dan pestisida, telah terbukti meningkat dari waktu ke waktu. Pengunaan bahan - bahan kimia tersebut memang memberikan peningkatan hasil panen yang signifikan dibanding sebelumnya, sehingga dalam waktu singkat penggunaan bahan-bahan kimia menjadi sangat populer terutama di daerah - daerah pertanian dan per kebunan.
Salah satu dampak negatif intensifikasi lahan pertanian dan perkebunan dengan pengunaan bahan - bahan kimia terhadap ekosistem tanah adalah, pengerasan struktur tanah, tanah kehilangan materi organik, dan kontaminasi logam berat. Tak hanya itu, jasad remik yang ada di dalam tanah menjadi mati. 

Untuk membangun masyarakat desa yang mandiri,  perlu dikembangkan suatu teknologi yang mudah, murah, tepat, dan aman untuk jangka panjang. Yakni, aplikasi teknologi yang mampu menciptakan dan menjaga keseimbangan alami secara ekologis dalam usaha pertanian yang mampu meningkatkan daya dukung lingkungan dan memenuhi kebutuhan pertumbuhan tanaman agar dapat berproduksi maksimal melalui pemberian input yang optimal ke dalam lingkungan tempat tumbuh tanaman. Teknologi semacam ini adalah teknologi pertanian organik yang bekerja secara terpadu dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas tanah, serta meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman secara bersamaan

Tak dipungkiri, model pertanian organik dinilai lebih efisien, bernilai ekonomis tinggi, produknya pun aman dikonsumsi masyarakat, dan ramah lingkungan. Para pakar pertanian menilai, sistem pertanian organik menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan pangan dan lingkungan. 
Jika saja, model pertanian organik ini dikembangkan menurut teknik yang tepat, secara ekonomis dapat berkembang, secara kultur pun dapat diterima. Tak hanya itu, sekarang ini pertanian organik dapat dijadikan alternatif untuk mengatasi kelangkaan pupuk dan ketergantungan petani terhadap input pertanian. Petani sering gagal panen karena tidak mendapat pasokan pupuk, padahal banyak alternatif yang dapat dilakukan sebagai pengganti pupuk kimia.

Dalam dunia pertanian, tanah merupakan bagian terpenting dari proses budidaya pertanian. Tanah yang sehat dan subur akan menjadi tempat tumbuh ideal bagi tanaman. Agar usaha pertanian bisa berkelanjutan, perlu adanya pengelolaan tanah yang baik.
Menghentikan kecenderungan negatif ini, tidak bisa dilakukan hanya dengan memberi pupuk pada tanah. Di sinilah pentingnya kesadaran bahwa sebenarnya yang ‘’diberi makan’’ adalah tanahnya, bukan tanamannya. 

Menjaga kesuburan tanah tak hanya sekadar memperhatikan komposisi unsur-unsur kimia (yang menjadi nutrisi bagi tanaman) di dalam tanah. Lebih dari itu, perlu memperhatikan mikroorganisme yang hidup di dalamnya. Makhluk renik ini sangat penting keberadaannya. Karena membantu ‘’kehidupan’’  tanah. Mereka membantu proses pelapukan yang menambahkan materi organik ke dalam tanah. Selain menyuburkan, materi organik memperbaiki komposisi air dan udara di dalam tanah. Ini  membuat tanah memiliki struktur dan tekstur yang baik untuk perakaran tanaman. 

Memperbaiki dan memelihara tanah yang ‘’hidup dan subur’’ bisa dilakukan melalui sejumlah teknik pertanian. Misalnya menggunakan sistem tumpang sari, tanaman gilir, penambahan mulsa, menerapkan strategi Tanpa Olah Tanah (TOT) atau melakukan pengomposan  (bokashi) dan daur ulang sumber daya yang  ada di lahan. Seluruh upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kandungan bahan organik di dalam tanah akan membantu tanah menjadi produktif dan OLES (Organik Lestari dan Sehat). 

Dan  Media EM FORUM hadir membawa inovasi baru untuk mengembalikan kesuburan tanah, menjaga lingkungan, mengajarkan ber-ahklak dengan alam raya dan hidup sehat bersama komoditi organik.

Salam
EM FORUM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar