Senin, 06 Februari 2012

Kilas 1

HUJAN TURUN, BOKASHI KOTAKU BANJIR ORDER


Di Indonesia, sektor pertanian memiliki ketergantungan yang sangat besar pada iklim.  Curah hujan sebagai salah satu komponen iklim menentukan aspek teknis budidaya tanaman diantaranya waktu tanam, jenis tanaman, pola tanam, pemupukan, dan pemberantasan hama-penyakit.  Pengaruhnya terletak pada efektifitas tindakan dan bahkan penentu keberhasilan usaha tani.  Setelah turun hujan  petani dengan sigap turun ke lahan untuk menanam bibit.  Air hujan menyusup ke dalam pori-pori kapiler tanah. Air inilah yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman. Air ini pula berperan melarutkan unsur hara yang terkandung di dalam pupuk sehingga bisa diserap akar tanaman.  Di musim hujan menanam bibit dan pemupukan menjadi rutinitas petani bertahun-tahun.
Semarak akitvitas pemupukan dapat diketahui dari meningkatnya permintaan pupuk seperti yang dialami oleh produsen pupuk organik Bokashi Kotaku.  Hujan yang mengguyur Bali di awal bulan November lalu menyebabkan membanjirnya pesanan dari petani. Bagian pemasaran sempat dibuat kewalahan melayani pesanan pelanggan.  Jadwal distribusi sedikit terganggu karena PT. Karya Pak Oles Tokcer sebagai distributor pupuk Bokashi Kotaku harus berbagi armada transportasi dengan PT. Songgolangit –group perusahaan Pak Oles - yang juga mengalami lonjakan permintaan EM-4 di Surabaya.  Pesanan serentak dan luasnya wilayah pemasaran yang meliputi seluruh kabupaten di Bali dengan lokasi pengiriman sampai ke pelosok-pelosok desa menyebabkan belum semua pesanan bisa terkirim.  Di bulan November volume pupuk yang sudah sampai ke tangan petani baru 271,9 ton.  Dari jumlah tersebut sebagian besar terserap di sektor perkebunan seperti cengkeh, kakao, kopi, dan mete.  Dibandingkan bulan-bulan sebelumnya permintaan melonjak lebih dari 250%.    
Pesanan paling banyak datang dari petani di Kabupaten Buleleng dan Jemberana yang dikenal sebagai sentra penghasil cengkeh.  Selain dua kabupaten tersebut petani cengkeh di Desa Satra, Kabupaten Bangli juga melakukan aksi borong Bokashi Kotaku. Dalam volume yang lebih kecil pupuk ini terdistribusi ke Kabupaten Tabanan dengan komoditi unggulan kopi dan kakao.  Sedangkan di kabupaten yang berada di ujung timur pulau Bali, Karangasem Bokashi Kotaku digunakan untuk memupuk tanaman mete.  
Permintaan pupuk Bokashi Kotaku diprediksi terus terjadi sampai akhir musim hujan sekitar Maret tahun 2008. Sentra perkebunan cengkeh yang selama ini rutin memakai pupuk Bokashi Kotaku proses panennya belum kelar.  Sebab, musim panen tahun ini mundur 1-2 bulan yang diduga akibat perubahan iklim yang berdampak pada keterlambatan pembentukan primordia bunga.  Berdasarkan pantauan koran ini dangul (peralatan panen semacam tangga dari bambu-red) masih terlihat bersandar pada pohon cengkeh seperti di Desa Munduk bagian atas, Gobleg, dan Pedawa. Pemandangan serupa juga terlihat di Desa Tajun yang berbatasan dengan Kabupaten Bangli.  Selain itu, petani juga menghadapi kendala kelangkaan tenaga pemetik padahal tahun ini merupakan periode panen raya. 
Meningkatnya minat petani memakai pupuk yang diproduksi melalui proses fermentasi dengan Teknologi EM (Effective Microorganisms) ini karena petani merasakan manfaatnya.  Rata-rata petani telah memakai pupuk Bokashi Kotaku lebih dari tiga kali sehingga mereka paham dengan kelebihannya. Pupuk yang dibuat dari beragam bahan organik ini tidak hanya mendongkrak produksi tanaman tetapi berdampak positif bagi tanah, misalnya tanah menjadi lebih gembur dan subur. Manfaatnya semakin terlihat bila dipakai secara rutin dan teratur. Angka penjualan yang mencapai 271,9 ton menjadi bukti kepercayaan petani pada pupuk yang teknologinya berasal dari negari matahari terbit, Jepang. Membaiknya harga cengkeh kering juga memacu gairah petani untuk membeli pupuk Bokashi Kotaku.  Menjelang akhir tahun 2007 harga “emas hitam” di tingkat petani mencapai Rp. 50.000 per kilogram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar