Rabu, 01 Februari 2012

Salam Redaksi Edisi V

Mengolah Sampah Rumah Tangga

Sampah rumah tangga memang klihatnnya sepele, tapi jangan salah, sampah rumah tangga ini penyumbang terbesar sampah yang menggunung di tempat pembuangan sampah. Seperti di ketahui, untuk wilayah Jakarta saja, setiap hari mengirim 6000 ton sampah ke Tempat Pengiriman Sampah Terpadu Bantar Gebang Bekasi.
Volume produksi sampah  yang besar ini, melebihi kemampuan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengolahnya. Untuk itu, sangat diperlukan partisipasi warga masyarakat agar masalah sampah yang tak pernah putus ini, dikit demi sedikit bisa tertangani.
Perlu dicermati, perilaku warga seperti kebiasaan membuang sampah sembarangan, di jalan di sungai dan di tempat lain masih sulit diubah. Berbagai slogan, larangan edukasi ke warga tak henti dilakukan. Namun karena prilaku jelek ini sudah menjadi kebiasaan sehingga sulit diubah.
Walhasil, masalah sampah rasanya tidak kunjung bisa diselesaikan dengan tuntas. Meskipun sudah banyak upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah, LSM yang cinta lingkungan dan lembaga lain yang peduli dengan masalah sampah
Sampai sekarang ini, sampah tetap saja terlihat menumpuk di mana-mana. Masyarakat masih suka membuang sampah sembarangan. Tempat sampah khusus sudah disediakan, misalnya tempat sampah bahan organik,  sampah khusus plastik, dan tempat sampah khusus logam. Anehnya tempat sampah itu sepertinya tidak berfungsi. Tempat sampah organik isinya plastik, sandal, dan sampah-sampah lain campur jadi satu.
Karena itu, masalah sampah tidak cukup hanya dengan menyediakan tempat sampah khusus saja. Penyelesaian masalah sampah sebaiknya dimulai dari tingkat yang paling rendah yakni penghasil sampah. Cara praktis mengelola sampah rumah tangga itu merupakan alternatif yang mudah bagi warga kota-kota besar dan bermanfaat bagi dunia pertanian.
Dari mengolah sampah sendiri secara bertahap diharapkan terjadi perubahan perilaku masyarakat. Masyarakat tidak lagi membuang sampah sembarangan. Masyarakat tidak membuang sampah di selokan atau saluran air. Masyarakat membuang sampah pada tempatnya.
Masyarakat tidak lagi membakar sampah. Dan yang lebih penting muncul ’social control’ dari masyarakat itu sendiri untuk mengelola sampah dengan baik. Misalnya saja ada semacam hukuman sosial jika ada orang yang membuang sampah sembarangan. Atau orang akan menegur orang lain yang membuang sampah sembarangan. Lebih jauh lagi, orang malu dan takut membuang sampah sembarangan.
Cara terbaik mengatasi masalah sampah adalah mengolah sampahnya masing-masing (sampah rumah tangga). Lalu bagaimana mengolah dengan praktis, tentunya dengan teknologi daur ulang sampah yang efektif menggunakan bakteri pengurai yang ramah lingkungan dan terjangkau di masyartakat sambil menciptakan sistem edukasi yang tepat bagi masyarakat.
Justru pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat, dan menyelesaikan sampah sejak dari rumah, sudah bisa memutus mata rantai masalah sampah di perkotaan. Tak ada salahnya kalau masyarakat kota bergerak sendiri untuk mengolah sampahnya sendiri. Maka, marilah beramai-ramai mengelola sampah sendiri.#



Tidak ada komentar:

Posting Komentar