Minggu, 19 Februari 2012

EM Coner Jawa Tengah


Lele Organik dari Gunung Kidul
Pakan Daun-Daunan


Tingginya pakan lele banyak petani yang enggan membudidaya lele, pasalnya modal besar tapi keuntungan sedikit bahkan rugi. Tapi bagi masyarakat Gunung Kidul tak kehabisan akal, modal besar budidaya lele menjadi lebih ringan bahkan bisa mengurangi biaya pakan hingga 50 persen.

Adalah Sugiatno  kepala Dusun Kedungdowo Wetan, Desa Pampang, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta yang mensiasati tingginya kebutuhan pakan lele dengan memberikan pakan tambahan yang mudah didapat berupa daun-daunan.

Tanpa meninggalkan pakan pabrikan, lele yang diberi daun-daunan ini tumbuh besar dan  sehat,  hingga panen 60 hari atau 2 bulan.  “Jadi ini trobosan baru dalam dunia perlelean, dalam memberikan hasil keuntungan yang lumayan. Keengganan masyarakat membudidaya lele karena biaya pakan yang sangat tinggi namun dengan teknologi pemberian pakan plus pemberian Em4 dalam  menjaga kesehatannya, masyarakat akan sangat tertarik membudidaya ikan lele,’’kata Kepala Desa itu yang sering memberikan presentasinya kepada kelompok-kelopmpok peternak ikan di daerahnya..

Komposisi pemberian pakan adalah 50% pakan pabrik dan 50% dedaunan. Walau awalnya coba-coba tetapi  Sugiatno juga melakukan riset atau pengamatan tentang prilaku lele yang tertarik makanan apa saja jika sedang lapar, karena lele juga menyukai dedaunan, maka dicobanya dengan menanam kangkung liar di atas kolam tersebut. Dan ternyata, lele yang sudah berusia 2 minggu ini memakani kangkung teresbut. Hingga lele suka makan daun-daunan, barulah Sugiatno memilih daun-daunan yang memiliki kandungan protein nabati yang tinggi.

Bahan baku tersebut dia peroleh dari sekitar rumahnya seperti daun turi dan lemtoro atau pete cina. Dari hasil risetnya daun turi dan lemtoro mengandung nabati 27,6 persen dan lemtoro mengandung nabati 36, 5% pakan tambahan daun-daunan.

Pakan daun-daunan diberikan ketika lele berumur 2 minggu. Sebelumnya daun turi dijemur selama satu hari, setelah itu diremasas-remas menjadi kecil-kecil dan kemudian barulah diberikan sedikit demi sedikit pada lele, setelah lele mau memakan daun-daunan baru lah diberikan secara rutin. Tak hanya daun turi, daun yang lainpun diberikan. Hampir semua jenis dedaunan yang ada di kampong bisa dijadikan pakan lele. Antara lain, daun papaya, singkong, kangkung, lemtoro dan lain-lain.

Dalam sehari, setiap 6000 ekor lele hanya diberi pelet 4 kg yang diberi EM4 sebanyak 10 cc. Pelet diberikan pagi hari (jam 8.00 – 9.00) Pelet diberikan pagi hari (8.00 – 900 ) sebanyak 1 kg, sekedar untuk bergerak. Kemudian pada siang hari lele baru diberikan daun-daunan. Pemberian pakan pelet diulang pada malam hari (jam 10 malam) sebanyak 3 kg untuk memberikan tambahan energi menghadapi suhu lingkungan yang mulai turun.

Lele yang diberi pakan daun-daunan memang cenderung kecil ukurannya dibandingkan lele yang diberi pakan, tapi dagiungnya lebih keras dan berat. Bahkan rasanya lebih nikmat dari fisiknya akan kelihatan lebih bersih. Tak heran jika lele ukuran 8 – 10  untuk tingkat petani harganya lebih mahal ke timbang lele yang diproduksi yang biasa. ‘’Ini lele organik dan harga jualnya cukup tinggi.’’katanya.

Tak hanya itu, dengan aplikasi EM4 pada kolam seminggu sekali, kolam  tidak berbau.’’Kadang sisa kotoran yang ada di kolam saya pergunakan untuk pupuk tanaman’’, katanya

Keberhasilan Sugiatno dalam budidaya lele ini bermula pada tahun 2007, kala itu dia mencoba budidaya lele saat musim hujan di kolam tanah berukuran 4 x 15 m2. Benih lele yang digunakan berukuran 5 – 7 cm dengan padat 3000 ekor. Namun pada tebaran pertama ini  kematian benih hingga 30%. Namun karena kegigihannya, sugianto masih bisa memanan lele ukuran 8-9 ekor /kg hingga  mencapai 2,5 kuinta pada usia 9 minggu. Keberhasilan ini selanjutnya menjadi pemicu Sugianto untuk serius menekuni usaha budidaya lele.

Selang beberapa tahun kemudian pekarangan rumah Segiatno telah berubah menjadi kolam lele yang jumlahnya sekarang ini mencapai 6- kolam. ‘’ Permintaan lele terus bertambah, untuk pasar local saja permintaan terus bertambah katanya

Kini bersama Kelompok Pembudidaya Ikan Mina Agung, Sugiantno ingin menggerakkan masyarakat disekitarnya untuk membudidaya lele. (A)   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar