Minggu, 05 Februari 2012

Forum Usaha Edisi IX


Limbah Ayam Bahan Baku Pupuk Bokashi

Limbah dari peternakan tidak selamanya merugikan, tetapi dapat juga menguntungkan apabila limbah tersebut mendapatkan penanganan yang baik hingga  bernilai ekonomis

Usaha peternakan ayam akhir‑akhir ini mulai sering dituding sebagai usaha yang ikut mencemari lingkungan. Agar petemakan ayam tersebut menjadi suatu usaha yang berwawasan lingkungan dan efisien, maka tatalaksana pemeliharaan, perkandangan, dan penanganan limbahnya harus selalu diperhatikan.
Seperti dikatakan Made Yoga anak dari pemilik usaha pengolahan limbah ternak ayam Nyoman Hermanta di  Desa Senganan Tabanan Bali bahwa, pengolahan limbah menjadi pupuk organik merupakan pemikiran yang sangat baik dalam penanganan limbah ternak. Selain menguntungkan secara materi, penanganan limbah ternak menjadi pupuk organik juga memberi keuntungan yakni terciptanya lingkungan yang sehat di sekitar peternakan tersebut.
‘’Usaha bahan baku pupuk bokashi yang diruntis enam bulan lalu ini, tidak hanya usaha produksi yang efisien tetapi juga merupakan usaha yang berwawasan lingkungan,’’kata Made Yoga.
            Memang dampak negatif yang ditimbulkan usaha peternakan ayam terutama berasal dari kotoran ayam ini, dapat menimbulkan gas yang berbau. Bau yang dikeluarkan berasal dari unsur nitrogen dan sulfida dalam kotoran ayam, yang selama proses dekomposisi akan terbentuk gas amonia, nitrit, dan gas hidrogen sulfida. Udara yang tercemar gas amonia dan sulfida dapat memyebabkan gangguan kesehatan ternak dan masyarakat di sekitar peternakan. Amonia dapat menghambat pertumbuhan ternak dan pada manusia dapat menyebabkan iritasi mata serta saluran pernafasan.
Karena itu, upaya pengelolaan bau kotoran ayam,  menggunakan effective mikroorganisme (EM4) Peternakan,  ternyata dapat mengurangi terbentuknya gas amonia dan sulfida serta memberikan keuntungan yang lain bagi petemak, karena. kotoran ayam dapat berguna sebagai pupuk organik.
‘’Sekarang ini, setiap hari kami dapat memproduksi bahan baku pupuk bokashi sekitar 20 ton dan kamu salurkan ke produksi pabrik Bokashi Kotaku,’’katanya.
            Memangt, kotoran ayam, sudah sejak lama dimanfaatkan sebagai pupuk di bidang pertanian. Sudah dibuktikan bahwa kotoran ternak merupakan pupuk yang cocok dan baik untuk kesuburan tanah pertanian. Oleh sebab itu penanganan kotoran ternak secara baik perlu dilakukan agar tidak menyebabkan bau yang menyengat, dan kotoran masih tetap dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
            Seperti disebutkan sebelumnya, dampak dari usaha peternakan ayam terhadap lingkungan sekitar terutama adalah berupa bau yang dikeluarkan selama proses dekomposisi kotoran ayam. Bau tersebut berasal dari kandungan gas amonia yang tinggi dan gas hidrogen sulfida , (H2S), dimetil sulfida, karbon disulfida, dan merkaptan. Senyawa yang menimbulkan bau ini dapat mudah terbentuk dalam kondisi anaerob seperti tumpukan kotoran yang masih basah. Senyawa tersebut tercium dengan mudah walau dalam konsentrasi yang sangat keeil. Untuk H2S, kadar 0,47 mg/l atau dalam konsentarasi part per million (ppm) di udara merupakan batas konsentrasi yang masih dapat tercium bau busuk.
Untuk amonia, kadar rendah yang dapat terdeteksi baunya adalah 5 ppm. Akan tetapi, kepekaan seseorang terhadap bau ini sangat tidak mutlak, terlebih lagi bau yang disebabkan oleh campuran gas. Pada konsentrasi amonia yang lebih tinggi di udara dapat menyebabkan iritasi mata dan gangguan saluran penapasan pada manusia. clan hewan itu sendiri.
Bau kotoran ayam selain berdampak negatif terhadap kesehatan manusia yang tinggal di lingkungan sekitar peternakan, juga berdampak negatif terhadap ternak dan menyebabkan produktivitas ternak menurun.
Pengelolaan lingkungan peternakan yang kurang baik dapat menyebabkan kerugian ekonomi bagi peternak itu sendiri, karena gas‑gas tersebut dapat menyebabkan produktivitas ayam menurun, sedangkan biaya kesehatan semakin meningkat, yang menyebabkan keuntungan peternak menipis.
Karena itu, Nyoman Hermanta yang memiliki 70.000 ekor ayam petelur ini, sangat tanggap mengatasi persoalan limbah hingga berniai ekonomis. (A)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar