Rabu, 01 Februari 2012

Forum Usaha Edisi V


Belimbing Dewa Organik  Depok
Pilihan Usaha 
            Belimbing Depok kini makin dikenal masyarakat. Bahkan sudah sampai pasaran eropa. Warnanya kuning kemerahan, ukurannya cukup besar (150 gram-350 gram per buah), serta rasanya manis dan segar karena itu tidak salah, buah ini dijadikan maskot Kota Depok sebagai salah satu primadona agrobisnis masyarakat Kota Depok Jawa Barat.
            Varietas Belimbing Dewa-Dewi ini banyak dibudidaya masyarakat Depok di 6 kecamatan yaitu Sawangan, Pancaran Mas, Sukmajaya, Cimanggis, Limo dan Beji. Salah satu petani Belimbing Dewa yang berhasil dari Kecamatan Sawangan adalah Syukron Muchtar  (36th)
Syukron yang asli putra Depok ini merupakan petani belimbing organik yang cukup berhasil. Dengan usaha ini, Syukron yang juga memiliki usaha catering mampu menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar. Tak hanya itu, Syukron yang  memiliki lahan 1 hektar budidaya Belimbing di percaya memimpin Kelompok Tani Prima Nusantara (KTPN) yang ada diwilayah itu. Kelompok ini beranggotakan petani Belimbung, petani Buah Jambu Merah dan peternak hewan kambing.
‘’Ketertarikan saya  memulai usaha bididaya belimbing dan jamu merah ini terdorong karena pemanfaatan limbah dari usaha catering yang saya jadikan pupuk organik bokashi dengan teknologi EM4. Dulu saya sanksi dengan pupuk organik, namun setelah ditritmen buah belimbing berbuah lebih lebat, pohon kelihatan sehat, buahnya besar-besar, lebih manis, tahan lama, dan organik tentunya,’’katanya. Budidaya Tanaman Belimbing, (Averrhoa Carambola) memang tak mudah Perlu dilakukan perawatan. Untuk mendapatkan buah belimbing yang bagus, penampilannya mulus, dan rasanya manis, tanaman butuh perawatan yang memadai. Perawatan  tanaman dimulai sejak bibit ditanam hingga tanaman tersebut terus berproduksi (25 - 30 tahun).  Perawatan itu meliputi penyiraman,  pemangkasan, dan penjarangan buah dan yang tak kalah pentingnya adalah pemupukan.‘’Saya merasakan pupuk organik dengan teknologi EM4 mampu memberikan hasil yang berkualitas disamping bebas residu kimia,’’jelasnya. 
Untuk memenuhi keperluan pupuk organik, baik bokashi padat maupun bokashi cair, Sukron membuatnya sendiri.’’Saya memiliki 100 ternak kambing yang siap menghasilkan pupuk organik, tak hanya itu air seni ternakpun saya manfaatkan untuk pupuk cairnya,’’katanya Penggunaan bokashi juga sedikit, untuk satu lubang bibit buah belimbing jarak 6 x 6 cm hanya 20 kg bokashi selama 1 tahun, kemudian setiap seminggu sekali disirami pupuk cair yang telah difermentasi. Setelah umur 2 tahun diberi pupuk  bokashi padat kembali perpohon 30 kg dan pupuk cair fermentasi air seni ternak yang telah diencerkan dengan air 1 liter / pohon. Setelah usia 3 tahun belimbing sudah aktif berproduksi. ‘’Sebetulnya satu tahun juga sudah mulai belajar berbuah tapi untuk menghasilkan produksi yang bagus, diusia 3 tahun 1 pohon  belimbing bisa menghasilkan antara 100 -150 buah. Sedang pada usia 4 dan selanjutnya, 1 pohon belimbing bisa menghasilkan 200 – 500 buah bahkan lebih. Menurut Pria bersahaja ini, budidaya belimbing sangat menguntungkan, apalagi dengan menggunakan pupuk organik. Karena biayanya lebih murah dengan hasil yang berkualitas tentunya. ‘’Jadi Belimbing Dewa dewi organik memiliki beberapa kelebihan diantaranya kandungan air lebih tinggi daripada belimbing-belimbing lain, sehingga  lebih tahan lama. Dalam ruangan sejuk, belimbing ini mampu mempertahankan kesegarannya hingga satu minggu, sedangkan yang lain hanya dua hingga tiga hari,’’katanya.

Analisis Usaha Budidaya
Potensi produksi buah belimbing yang ditanam di kebun secara permanen dan dipelihara intensif, dengan jarak tanam antara  6x 6 m, bila populasi tanaman belimbing per hektar antara 250–400 pohon dengan potensi produktivitas 150–300 buah/pohon/tahun, dan berat per buah rata-rata 160 gram, maka dapat dihasilkan/tingkat produksi per hektar mencapai 6–19 ton buah belimbing.
Pada panen raya belimbing, harga belimbing rata-rata mencapai Rp. 5.000,- per kg. Maka kita dapat menghitung berapa Rupiah besar penghasilan yang didapat dalam 1 hektar per tahun. Tentunya setelah dikurangi biaya-biaya produksi yang dikeluarkan, seperti: pembibitan, pemeliharaan, pemupukan, panen/pascapanen, dan lain-lain.
Prospek pemasaran belimbing di dalam negeri diperkirakan makin baik. Hal ini antara lain disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan semakin banyaknya konsumen menyadari pentingnya kecukupan gizi dari buah-buahan. Maka untuk mencapai kecukupan gizi yang sesuai dengan anjuran FAO menargetkan rata-rata 60 Kg per kapita per tahun.
Salah satu jenis buah potensial yang mudah dibudidayakan untuk mendukung pencapaian target tersebut adalah belimbing. Perkiraan permintaan setiap tahun semakin meningkat, peningkatan permintaan tersebut adalah sebesar 6,1 %/tahun (1995–2000), 6,5 %/tahun (2000–2005), 6,8 %/tahun (2005–2010), dan mencapai 8,9 %/tahun (2010 - 2015).
        Jelaslah bahwa prospek usahatani (agribisnis) belimbing amat cerah bila dikelola secara 
intensif dan komersial, baik dalam bentuk kultur perkebunan, pekarangan, maupun Tabulampot.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar