Teknologi Murah Bagi Petani
Dewasa ini,
sebagian besar lahan pertanian diberbagai wilayah Indonesia (terutama Pulau Jawa) banyak mengalami
kerusakan, menurut data litbang Departemen Pertanian, carbon atau C organik
sudah berada di bawah 1%. Kondisi ini, sangat memprihatinkan. Karena itu,
petani sangat bergantung sekali dengan pupuk kimia untuk mempertahankan
produksi hasil pertaniannya.
Namun sayangnya,
pupuk sedang langka sekarang ini, pupuk yang disubsidi pemerintah menjadi
rebutan petani. ‘’Tak ada pupuk, tak bisa menanam,’’begitu keluh petani. Bahkan
untuk meningkatkan atau minimal menghasilkan produsi yang sama dengan panen
sebelumnya, dosis pengunaan pupuk kimia harus ditambah.
Di Indonesia,
pada awal sistim bimas diperkenalkan,
dosis pemupukan tanaman padi hanya sekitar 50 - 70 Kg per hektar, dalam
rentang waktu 25 tahun terjadi peningkatan dosis pupuk 17 - 24 kali lipat.
Kebutuhan pemupukan (Urea, TSP, NPK dan KCL) untuk tanaman padi saat ini, telah
mencapai dosis total lebih dari 1.200 Kg per hektar.
Intensitas
pemakaian bahan - bahan kimia dalam intensifikasi lahan baik sebagai pupuk, dan pestisida, telah
terbukti meningkat dari waktu ke waktu. Pengunaan bahan - bahan kimia tersebut
memang memberikan peningkatan hasil panen yang signifikan dibanding sebelumnya,
sehingga dalam waktu singkat penggunaan bahan-bahan kimia menjadi sangat
populer terutama di daerah - daerah pertanian dan per kebunan.
Salah satu
dampak negatif intensifikasi lahan pertanian dan perkebunan dengan pengunaan
bahan - bahan kimia terhadap ekosistem tanah adalah, pengerasan struktur tanah,
tanah kehilangan materi organik, dan kontaminasi logam berat. Tak hanya itu,
jasad remik yang ada di dalam tanah menjadi mati.
Untuk membangun
masyarakat desa yang mandiri, perlu
dikembangkan suatu teknologi yang mudah, murah, tepat, dan aman untuk jangka
panjang. Yakni, aplikasi teknologi yang mampu menciptakan dan menjaga
keseimbangan alami secara ekologis dalam usaha pertanian yang mampu
meningkatkan daya dukung lingkungan dan memenuhi kebutuhan pertumbuhan tanaman
agar dapat berproduksi maksimal melalui pemberian input yang optimal ke dalam
lingkungan tempat tumbuh tanaman. Teknologi semacam ini adalah teknologi
pertanian organik yang bekerja secara terpadu dalam memperbaiki dan meningkatkan
kualitas tanah, serta meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman secara
bersamaan
Tak dipungkiri,
model pertanian organik dinilai lebih efisien, bernilai ekonomis tinggi,
produknya pun aman dikonsumsi masyarakat, dan ramah lingkungan. Para pakar pertanian menilai, sistem pertanian organik
menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan pangan dan
lingkungan.
Jika saja, model
pertanian organik ini dikembangkan menurut teknik yang tepat, secara ekonomis
dapat berkembang, secara kultur pun dapat diterima. Tak hanya itu, sekarang ini
pertanian organik dapat dijadikan alternatif untuk mengatasi kelangkaan pupuk
dan ketergantungan petani terhadap input pertanian. Petani sering gagal panen
karena tidak mendapat pasokan pupuk, padahal banyak alternatif yang dapat
dilakukan sebagai pengganti pupuk kimia.
Dalam dunia
pertanian, tanah merupakan bagian terpenting dari proses budidaya pertanian.
Tanah yang sehat dan subur akan menjadi tempat tumbuh ideal bagi tanaman. Agar
usaha pertanian bisa berkelanjutan, perlu adanya pengelolaan tanah yang baik.
Menghentikan
kecenderungan negatif ini, tidak bisa dilakukan hanya dengan memberi pupuk pada
tanah. Di sinilah pentingnya kesadaran bahwa sebenarnya yang ‘’diberi makan’’
adalah tanahnya, bukan tanamannya.
Menjaga
kesuburan tanah tak hanya sekadar memperhatikan komposisi unsur-unsur kimia
(yang menjadi nutrisi bagi tanaman) di dalam tanah. Lebih dari itu, perlu
memperhatikan mikroorganisme yang
hidup di dalamnya. Makhluk renik ini sangat penting keberadaannya. Karena
membantu ‘’kehidupan’’ tanah. Mereka
membantu proses pelapukan yang menambahkan materi organik ke dalam tanah.
Selain menyuburkan, materi organik memperbaiki komposisi air dan udara di dalam
tanah. Ini membuat tanah memiliki
struktur dan tekstur yang baik untuk perakaran tanaman.
Memperbaiki dan
memelihara tanah yang ‘’hidup dan subur’’ bisa dilakukan melalui sejumlah
teknik pertanian. Misalnya menggunakan sistem tumpang sari, tanaman gilir,
penambahan mulsa, menerapkan strategi Tanpa Olah Tanah (TOT) atau melakukan
pengomposan (bokashi) dan daur ulang
sumber daya yang ada di lahan. Seluruh
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kandungan bahan organik di dalam tanah
akan membantu tanah menjadi produktif dan OLES (Organik Lestari dan Sehat).
Dan Media EM FORUM hadir membawa inovasi baru
untuk mengembalikan kesuburan tanah, menjaga lingkungan, mengajarkan ber-ahklak
dengan alam raya dan hidup sehat bersama komoditi organik.
Salam
EM FORUM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar