USAHA
PENGEMBANGAN PETERNAKAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT UNTUK PUPUK ORGANIK
Indonesia
adalah negara yang memiliki potensi yang sangat
besar untuk mengembangkan industri perkebunan kelapa
sawit. Di tahun 2009 Indonesia diperkirakan menempati
posisi pertama di dunia dalam memproduksi kelapa sawit. Potensi itu bisa
diwujudkan karena didukung oleh sumber daya lahan
perkebunan dan kondisi agroekologis untuk pertumbuhan kelapa sawit.
Usaha-usaha pemerintah dalam memberikan fasilitas dan perizinan tumbuhnya
industri sawit, usaha dalam bidang penelitian dan pengembangan sawit, serta
investasi yang telah dilakukan oleh perkebunan besar swasta, perkebunan negara
dan perkebunan rakyat, yang semuanya itu berujung pada pertumbuhan produksi
sawit yang sangat pesat di Indonesia.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia
menyebar luas di pulau-pulau besar di Indonesia yang saat ini mencapai
3,3 juta hektar. Jika populasi tanaman yang ditanam sebanyak 143 pohon
per Ha, maka jumlah populasi tanaman yang ada di Indonesia sebanyak 472 juta
pohon. Jika setiap tanaman membutuhkan pupuk per tahun sebanyak 1 Kg
urea, 0,5 Kg KCL dan 0,5 Kg SP, maka setiap tahun dibutuhkan 472 juta Kg urea,
dan 236 juta Kg KCL dan 236 juta Kg SP. Jumlah kebutuhan pupuk tersebut
akan terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan peningkatan umur tanaman
dan usaha perluasan perkebunan. Dengan semakin meningkatnya harga pupuk kimia,
maka perlu dicarikan jalan keluar untuk mempertahankan dan meningkatkan
produksi buah kelapa sawit. Usaha untuk mencari pemupukan alternatif
bertujuan untuk menekan biaya produksi, mengurangi pengaruh pencemaran
lingkungan dan menjaga kestabilan produksi.
Penanaman tanaman kacang-kacangan sebagai tanaman penutup
tanah pada areal tanaman kelapa sawit sangatlah penting karena dapat
memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi dan
mempertahankan kelembaban tanah, menekan pertumbuhan gulma. Tanaman penutup
tanah yang baik adalah tanaman yang bisa dimakan oleh ternak, sehingga
peternakan bisa dikembangkan di daerah perkebunan kelapa sawit tanpa kesulitan
bahan pakan ternak. Tentu saja usaha peternakan yang dikembangkan sangat
berguna untuk penyediaan pupuk kandang sebagai pupuk organik. Usaha
peternakan sapi atau kerbau, kambing atau kelinci yang bahan makanannya bisa
bersumber dari tanaman kacang-kacangan penutup tanah bisa memberikan
keuntungan ganda, yaitu sebagai sumber protein hewani dan penambah
penghasilan ekonomi petani dan pengusaha, serta sumber pupuk organik.
Tentu saja potensi peternakan di dalam perkebunan tidak bisa dipandang sebelah
mata jika diusahakan dengan serius. Masalahnya adalah mencari dan
menyilangkan jenis-jenis tanaman kacang-kacangan yang bisa berfungsi sebagai
tanaman penutup tanah dan tanaman pakan ternak, serta membudayakan petani dan
pengusaha untuk mengembangkan usaha peternakan di dalam perkebunannya.
Konsep inilah yang disebut dengan perkebunan
terpadu, antara perkebunan dan peternakan.
Pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak sawit dilakukan
melalui proses pabrikasi. Limbah sawit terdiri dari kulit serat luar,
kulit biji dan ampas biji, serta bahan pendukung seperti air yang bercampur
dengan limbah. Limbah sawit berupa solid berpotensi sebagai nutrisi untuk
ternak karena mengandung protein kasar 12,63%, dan energi 154 kal/100g,
ketersediaannya melimpah, berkelanjutan, dan tidak bersaing dengan kebutuhan
manusia. Solid merupakan salah satu limbah padat dari hasil pengolahan
minyak sawit kasar. Di Sumatera, limbah ini dikenal sebagai lumpur sawit,
namun solid biasanya sudah dipisahkan dengan cairannya sehingga merupakan
limbah padat. Dengan teknologi pengawetan, pengeringan, penyimpanan dalam
wadah kedap udara, dan fermentasi dengan teknologi EM, maka pemanfaatan solid
sebagai pakan ternak sapi bisa diterapkan dalam skala luas.
Limbah sawit dari kulit biji, ampas biji, cangkang dan
kulit serat luar bisa digunakan sebagai sumber pupuk organik melalui proses
fermentasi EM. Limbah yang kasar bisa diperhalus atau diperkecil
teksturnya dengan menggunakan mesin pencacah. Pengembalian limbah organik
sawit menjadi pupuk organik untuk kelapa sawit merupakan proses daur ulang
alami yang sangat berguna untuk menekan biaya pemupukan dan bertujuan untuk
menyuburkan tanah, serta meningkatkan produksi tanaman. Limbah sawit cair
bisa dikumpulkan dalam kolam fermentasi. Penerapan Teknologi EM sangat
bermanfaat untuk mengurangi/ menghilangkan bau busuk limbah sawit cair. setelah
bau busuk limbah sawit cair hilang, selanjutnya limbah cair tersebut bisa
digunakan sebagai pupuk cair yang kaya akan sumber nutrisi untuk meningkatkan
kesuburan tranah.
Pengembangan peternakan dengan memanfaatkan limbah sawit
dan tanaman penutup tanah sebagai pakan ternak merupakan
salah satu jawaban untuk menyediakan pupuk organik bagi perkebunan
kelapa sawit. Demikian juga pemanfaatan limbah sawit cair dengan metode
fermentasi EM di dalam kolam penampungan limbah bisa digunakan sebagai sumber pupuk organik cair untuk menyuburkan tanah dan
meningkatkan prosuksi sawit. Kreativitas untuk mencari sumber-sumber
pupuk organik guna mengembangkan industri perkebunan kelapa sawit sangat
diperlukan, sehingga efisiensi produksi kelapa sawit bisa didapatkan secara
maksimal. Selamat berkarya....!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar