Mengolah Sampah Rumah Tangga
Sampah rumah
tangga memang klihatnnya sepele, tapi jangan salah, sampah rumah tangga ini penyumbang
terbesar sampah yang menggunung di tempat pembuangan sampah. Seperti di
ketahui, untuk wilayah Jakarta
saja, setiap hari mengirim 6000 ton sampah ke Tempat Pengiriman Sampah Terpadu
Bantar Gebang Bekasi.
Volume produksi
sampah yang besar ini, melebihi
kemampuan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengolahnya. Untuk itu, sangat
diperlukan partisipasi warga masyarakat agar masalah sampah yang tak pernah
putus ini, dikit demi sedikit bisa tertangani.
Perlu
dicermati, perilaku warga seperti kebiasaan membuang sampah sembarangan, di
jalan di sungai dan di tempat lain masih sulit diubah. Berbagai slogan,
larangan edukasi ke warga tak henti dilakukan. Namun karena prilaku jelek ini
sudah menjadi kebiasaan sehingga sulit diubah.
Walhasil,
masalah sampah rasanya tidak kunjung bisa diselesaikan dengan tuntas. Meskipun
sudah banyak upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah, LSM yang cinta
lingkungan dan lembaga lain yang peduli dengan masalah sampah
Sampai
sekarang ini, sampah tetap saja terlihat menumpuk di mana-mana. Masyarakat
masih suka membuang sampah sembarangan. Tempat sampah khusus sudah disediakan, misalnya
tempat sampah bahan organik, sampah
khusus plastik, dan tempat sampah khusus logam. Anehnya tempat sampah itu
sepertinya tidak berfungsi. Tempat sampah organik isinya plastik, sandal, dan
sampah-sampah lain campur jadi satu.
Karena
itu, masalah sampah tidak cukup hanya dengan menyediakan tempat sampah khusus saja.
Penyelesaian masalah sampah sebaiknya dimulai dari tingkat yang paling rendah
yakni penghasil sampah. Cara praktis mengelola sampah rumah tangga itu
merupakan alternatif yang mudah bagi warga kota-kota besar dan bermanfaat bagi dunia
pertanian.
Dari
mengolah sampah sendiri secara bertahap diharapkan terjadi perubahan perilaku
masyarakat. Masyarakat tidak lagi membuang sampah sembarangan. Masyarakat tidak
membuang sampah di selokan atau saluran air. Masyarakat membuang sampah pada
tempatnya.
Masyarakat
tidak lagi membakar sampah. Dan yang lebih penting muncul ’social control’ dari
masyarakat itu sendiri untuk mengelola sampah dengan baik. Misalnya saja ada
semacam hukuman sosial jika ada orang yang membuang sampah sembarangan. Atau
orang akan menegur orang lain yang membuang sampah sembarangan. Lebih jauh
lagi, orang malu dan takut membuang sampah sembarangan.
Cara
terbaik mengatasi masalah sampah adalah mengolah sampahnya masing-masing (sampah
rumah tangga). Lalu bagaimana mengolah dengan praktis, tentunya dengan
teknologi daur ulang sampah yang efektif menggunakan bakteri pengurai yang
ramah lingkungan dan terjangkau di masyartakat sambil menciptakan sistem
edukasi yang tepat bagi masyarakat.
Justru
pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat, dan menyelesaikan sampah sejak
dari rumah, sudah bisa memutus mata rantai masalah sampah di perkotaan. Tak ada
salahnya kalau masyarakat kota
bergerak sendiri untuk mengolah sampahnya sendiri. Maka, marilah beramai-ramai
mengelola sampah sendiri.#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar