Lele Organik
dari Gunung Kidul
Pakan Daun-Daunan
Tingginya pakan
lele banyak petani yang enggan membudidaya lele, pasalnya modal besar tapi
keuntungan sedikit bahkan rugi. Tapi bagi masyarakat Gunung Kidul tak kehabisan
akal, modal besar budidaya lele menjadi lebih ringan bahkan bisa mengurangi
biaya pakan hingga 50 persen.
Adalah Sugiatno kepala Dusun Kedungdowo Wetan, Desa Pampang,
Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta yang mensiasati tingginya
kebutuhan pakan lele dengan memberikan pakan tambahan yang mudah didapat berupa
daun-daunan.
Tanpa
meninggalkan pakan pabrikan, lele yang diberi daun-daunan ini tumbuh besar dan sehat, hingga panen 60 hari atau 2 bulan. “Jadi ini trobosan baru dalam dunia perlelean,
dalam memberikan hasil keuntungan yang lumayan. Keengganan masyarakat membudidaya
lele karena biaya pakan yang sangat tinggi namun dengan teknologi pemberian
pakan plus pemberian Em4 dalam menjaga
kesehatannya, masyarakat akan sangat tertarik membudidaya ikan lele,’’kata
Kepala Desa itu yang sering memberikan presentasinya kepada kelompok-kelopmpok
peternak ikan di daerahnya..
Komposisi
pemberian pakan adalah 50% pakan pabrik dan 50% dedaunan. Walau awalnya
coba-coba tetapi Sugiatno juga melakukan
riset atau pengamatan tentang prilaku lele yang tertarik makanan apa saja jika
sedang lapar, karena lele juga menyukai dedaunan, maka dicobanya dengan menanam
kangkung liar di atas kolam tersebut. Dan ternyata, lele yang sudah berusia 2
minggu ini memakani kangkung teresbut. Hingga lele suka makan daun-daunan,
barulah Sugiatno memilih daun-daunan yang memiliki kandungan protein nabati
yang tinggi.
Bahan baku tersebut dia peroleh
dari sekitar rumahnya seperti daun turi dan lemtoro atau pete cina. Dari hasil
risetnya daun turi dan lemtoro mengandung nabati 27,6 persen dan lemtoro
mengandung nabati 36, 5% pakan tambahan daun-daunan.
Pakan
daun-daunan diberikan ketika lele berumur 2 minggu. Sebelumnya daun turi
dijemur selama satu hari, setelah itu diremasas-remas menjadi kecil-kecil dan kemudian
barulah diberikan sedikit demi sedikit pada lele, setelah lele mau memakan
daun-daunan baru lah diberikan secara rutin. Tak hanya daun turi, daun yang
lainpun diberikan. Hampir semua jenis dedaunan yang ada di kampong bisa
dijadikan pakan lele. Antara lain, daun papaya, singkong, kangkung, lemtoro dan
lain-lain.
Dalam sehari,
setiap 6000 ekor lele hanya diberi pelet 4 kg yang diberi EM4 sebanyak 10 cc.
Pelet diberikan pagi hari (jam 8.00 – 9.00) Pelet diberikan pagi hari (8.00 –
900 ) sebanyak 1 kg, sekedar untuk bergerak. Kemudian pada siang hari lele baru
diberikan daun-daunan. Pemberian pakan pelet diulang pada malam hari (jam 10
malam) sebanyak 3 kg untuk memberikan tambahan energi menghadapi suhu
lingkungan yang mulai turun.
Lele yang diberi
pakan daun-daunan memang cenderung kecil ukurannya dibandingkan lele yang
diberi pakan, tapi dagiungnya lebih keras dan berat. Bahkan rasanya lebih
nikmat dari fisiknya akan kelihatan lebih bersih. Tak heran jika lele ukuran 8
– 10 untuk tingkat petani harganya lebih
mahal ke timbang lele yang diproduksi yang biasa. ‘’Ini lele organik dan harga
jualnya cukup tinggi.’’katanya.
Tak hanya itu,
dengan aplikasi EM4 pada kolam seminggu sekali, kolam tidak berbau.’’Kadang sisa kotoran yang ada
di kolam saya pergunakan untuk pupuk tanaman’’, katanya
Keberhasilan Sugiatno
dalam budidaya lele ini bermula pada tahun 2007, kala itu dia mencoba budidaya
lele saat musim hujan di kolam tanah berukuran 4 x 15 m2. Benih lele yang
digunakan berukuran 5 – 7 cm dengan padat 3000 ekor. Namun pada tebaran pertama
ini kematian benih hingga 30%. Namun
karena kegigihannya, sugianto masih bisa memanan lele ukuran 8-9 ekor /kg
hingga mencapai 2,5 kuinta pada usia 9
minggu. Keberhasilan ini selanjutnya menjadi pemicu Sugianto untuk serius
menekuni usaha budidaya lele.
Selang beberapa
tahun kemudian pekarangan rumah Segiatno telah berubah menjadi kolam lele yang
jumlahnya sekarang ini mencapai 6- kolam. ‘’ Permintaan lele terus bertambah,
untuk pasar local saja permintaan terus bertambah katanya
Kini bersama Kelompok
Pembudidaya Ikan Mina Agung, Sugiantno ingin menggerakkan masyarakat
disekitarnya untuk membudidaya lele. (A)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar