Limbah
Ayam Bahan Baku Pupuk Bokashi
Limbah dari peternakan tidak selamanya
merugikan, tetapi dapat juga menguntungkan apabila limbah tersebut mendapatkan
penanganan yang baik hingga bernilai
ekonomis
Usaha peternakan ayam akhir‑akhir ini mulai
sering dituding sebagai usaha yang ikut mencemari lingkungan. Agar petemakan
ayam tersebut menjadi suatu usaha yang berwawasan lingkungan dan efisien, maka
tatalaksana pemeliharaan, perkandangan, dan penanganan limbahnya harus selalu
diperhatikan.
Seperti dikatakan Made Yoga anak dari pemilik usaha
pengolahan limbah ternak ayam Nyoman Hermanta di Desa Senganan Tabanan Bali bahwa, pengolahan
limbah menjadi pupuk organik merupakan pemikiran yang sangat baik dalam
penanganan limbah ternak. Selain menguntungkan secara materi, penanganan limbah
ternak menjadi pupuk organik juga memberi keuntungan yakni terciptanya
lingkungan yang sehat di sekitar peternakan tersebut.
‘’Usaha bahan baku
pupuk bokashi yang diruntis enam bulan lalu ini, tidak hanya usaha produksi
yang efisien tetapi juga merupakan usaha yang berwawasan lingkungan,’’kata Made
Yoga.
Memang
dampak negatif yang ditimbulkan usaha peternakan ayam terutama berasal dari
kotoran ayam ini, dapat menimbulkan gas yang berbau. Bau yang dikeluarkan
berasal dari unsur nitrogen dan sulfida dalam kotoran ayam, yang selama proses
dekomposisi akan terbentuk gas amonia, nitrit, dan gas hidrogen sulfida. Udara
yang tercemar gas amonia dan sulfida dapat memyebabkan gangguan kesehatan
ternak dan masyarakat di sekitar peternakan. Amonia dapat menghambat
pertumbuhan ternak dan pada manusia dapat menyebabkan iritasi mata serta
saluran pernafasan.
Karena itu, upaya pengelolaan bau kotoran ayam, menggunakan effective mikroorganisme (EM4)
Peternakan, ternyata dapat mengurangi
terbentuknya gas amonia dan sulfida serta memberikan keuntungan yang lain bagi
petemak, karena. kotoran ayam dapat berguna sebagai pupuk organik.
‘’Sekarang ini, setiap hari kami dapat memproduksi bahan baku pupuk bokashi sekitar
20 ton dan kamu salurkan ke produksi pabrik Bokashi Kotaku,’’katanya.
Memangt,
kotoran ayam, sudah sejak lama dimanfaatkan sebagai pupuk di bidang pertanian.
Sudah dibuktikan bahwa kotoran ternak merupakan pupuk yang cocok dan baik untuk
kesuburan tanah pertanian. Oleh sebab itu penanganan kotoran ternak secara baik
perlu dilakukan agar tidak menyebabkan bau yang menyengat, dan kotoran masih
tetap dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
Seperti disebutkan sebelumnya, dampak
dari usaha peternakan ayam terhadap lingkungan sekitar terutama adalah berupa
bau yang dikeluarkan selama proses dekomposisi kotoran ayam. Bau tersebut
berasal dari kandungan gas amonia yang tinggi dan gas hidrogen sulfida , (H2S),
dimetil sulfida, karbon disulfida, dan merkaptan. Senyawa yang menimbulkan bau
ini dapat mudah terbentuk dalam kondisi anaerob seperti tumpukan kotoran yang
masih basah. Senyawa tersebut tercium dengan mudah walau dalam konsentrasi yang
sangat keeil. Untuk H2S, kadar 0,47 mg/l atau dalam konsentarasi part per
million (ppm) di udara merupakan batas konsentrasi yang masih dapat tercium bau
busuk.
Untuk amonia, kadar rendah yang dapat terdeteksi baunya
adalah 5 ppm. Akan tetapi, kepekaan seseorang terhadap bau ini sangat tidak
mutlak, terlebih lagi bau yang disebabkan oleh campuran gas. Pada konsentrasi
amonia yang lebih tinggi di udara dapat menyebabkan iritasi mata dan gangguan
saluran penapasan pada manusia. clan hewan itu sendiri.
Bau kotoran ayam selain berdampak negatif terhadap
kesehatan manusia yang tinggal di lingkungan sekitar peternakan, juga berdampak
negatif terhadap ternak dan menyebabkan produktivitas ternak menurun.
Pengelolaan lingkungan peternakan yang kurang baik dapat
menyebabkan kerugian ekonomi bagi peternak itu sendiri, karena gas‑gas tersebut dapat menyebabkan produktivitas ayam menurun,
sedangkan biaya kesehatan semakin meningkat, yang menyebabkan keuntungan
peternak menipis.
Karena itu, Nyoman Hermanta yang memiliki 70.000 ekor ayam
petelur ini, sangat tanggap mengatasi persoalan limbah hingga berniai ekonomis.
(A)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar