Sulitkah Mengolah
Sampah?
Banyak yang
beranggapan, sampah merupakan bahan buangan yang tak berharga. Padahal, sampah
sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pupuk organik yang berguna
bagi tanaman dan memiliki nilai ekonomis jika dikelola secara baik.
Tak hanya itu,
dengan mengolah sampah secara kontinyu, akan mengurangi permasalahan yang terus
meningkat seiring perjalanan waktu, terutama disebabkan oleh terus meningkatnya
populasi dan kebutuhan manusia secara langsung maupun tidak langsung, yang menyebabkan
semakin meningkatnya volume sampah
(limbah) dan tentunya menjadi beban bagi lingkungan.
Aktifitas
manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam selalu meninggalkan sisa (sampah) yang
dianggapnya sudah tidak berguna lagi sehingga diperlakukanya sebagai barang
buangan.
Sampah akan
sangat menjadi bermasalah, untuk kota yang padat
penduduknya seperti Jakarta, Surabaya dan kota-kota besar lainnya. Sebab dengan
penduduk yang besar, volume sampah juga akan sangat besar bahkan sampai malebihi kapasitas daya tampung Tempat Pembuangan
Akhir (TPA).
Tak berlebihan
jika permasalahan sampah ini menjadi krusial dan tidak bisa disepelekan.
Bahkan, dapat diartikan sebagai masalah kultural karena dampaknya juga
bersinggungan dengan berbagai sisi kehidupan, terutama di kota besar. Berdasarkan perkiraan, volume
sampah yang dihasilkan oleh manusia rata-rata sekitar 0,5 kg/perkapita/hari, sehingga
untuk kota besar seperti Jakarta yang memiliki penduduk sekitar 12 juta orang
menghasilkan sampah sekitar 6000 ton/hari. Bila tidak cepat ditangani secara
benar, maka kota-kota besar tersebut akan tenggelam dalam timbunan sampah
berbarengan dengan segala dampak negatif yang ditimbulkannya seperti pencemaran
air, udara, tanah, dan sumber penyakit.
Sampah sebagai
barang yang memiliki nilai tidak seharusnya diperlakukan sebagai barang yang
menjijikan, melainkan harus dapat dimanfaatkan sebagai bahan mentah atau bahan
yang berguna lainnya. Pengolahan sampah harus dilakukan dengan efektif dan
efisien, yaitu sedekat mungkin dengan sumbernya, seperti RT/RW, sekolah, rumah
tangga, walhasil jumlah sampah dapat
dikurangi.
Sampah merupakan
sumber daya alam yang sangat besar, apabila dapat dimanfaatkan dengan baik akan
menjadi sangat berguna berupa pupuk yang sangat penting sebagai unsur hara di
dalam tanah dan tentunya nutrisi bagi tanaman.
Pengelolaan
sampah rumah tangga itu dapat dimanfaatkan menjadi pupuk cair dan pupuk padat organik.
Pupuk organik ini sangat baik bagi tanaman dan bermanfaat bagi kesehatan
manusia, karena tidak meninggalkan residu dalam tanaman seperti terjadi pada
penggunaan pupuk kimia secara serampangan sehingga hasil tanaman akan aman bila
dikonsumsi.
Menurut pakar
lingkungan dari Institut Pendidikan dan Pengembangan Lingkungan (IPPL) Jakarta. Prof. Dr. M. Soerjani, pemanfaatan sumber daya (ruang,
air, energi, waktu dan sebagainya) oleh kebanyakan manusia, telah dilupakan
efektivitas serta faktor optimalisasi penggunaan sumber daya. manusia telah
mendahulukan peningkatan keuntungan yang didorong oleh ketamakan atau kerakusan
sehingga terjadi persaingan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.
Hal
ini terjadi dengan pengurasan sumber daya secara berlebihan sehingga
menghasilkan sisa sumber daya yang sebagian tersia-sia dengan nilai atau mutu
yang rendah. Padahal melalui konsep
pemanfaatan sumber daya yang optimal tidak perlu dihasilkan sisa yang
berlebihan atau sisa yang tercemar. Oleh karena itu sebenarnya semua sisa
pemanfaatan sumber daya harus dipikirkan pemanfaatannya yang memungkinkan.
Karena itu yang dituju dalam pengelolaan sumber daya adalah konsep resource
cycle atau material cycle.
‘’Misalnya, sisa
kertas mungkin masih bisa dipergunakan untuk pembungkus, dan lain-lain. Sisa
sayuran di pasar mungkin masih bisa dipergunakan untuk acar dan lain-lain,’’katanya
Soerjani juga
mengatakan, limbah kota
yang masih berguna, baik dari pasar, kantor, rumah makan atau dari rumah tangga langsung dibawa ke
tempat sampah atau penimbunan limbah secara sia-sia. Padahal, limbah yang masih
bisa dimanfaatkan semestinya diupayakan untuk diproses terlebih dahulu. Limbah
sisanya yang dapat dibakar dapat dimanfaatkan energinya dengan menggunakan
insinerator, misalnya digunakan untuk menggerakkan turbin pembangkit tenaga
listrik seperti di Jepang. Atau dimanfaatkan sebagai pupuk untuk lahan
pertanian, dengan teknologi fermentasi menggunakan mikroorganisme aktif.
Untuk itulah dalam memanfaatkan dan mendaur
ulang limbah menjadi bahan-bahan lain yang bernilai ekomonis, diperlukan
perencanaan yang konseptual, menyeluruh dan penanganan dengan menggunakan
teknologi yang memadai. Sehingga permasalahan limbah dapat diatasi dan dapat
tercipta lapangan kerja dan wirausaha baru yang profesional berbasis
pemanfaatan sampah kota
dengan produk utama berupa komoditas pupuk organik, pakan ternak dan lain-lain.
Sementara itu
Bagong Suyoto, Ketua Koalisi LSM untuk Persampahan Nasional mengatakan, pengelolaan
sampah dalam kehidupan sehari-hari tidak seperti yang kita bayangkan. Sampah
banyak dijumpai dimana-mana tanpa adanya pengelolaan yang baik. Pengelolaan
yang buruk mengakibatkan pencemaran baik pencemaran udara, air di dalam dan
atas permukaan, tanah, serta munculnya berbagai macam penyakit yang mengancam
kesehatan warga
‘’Keberadaan
sampah dikehidupan sehari-hari tak lepas dari tangan manusia yang membuang
sampah sembarangan, mereka menganggap barang yang telah dipakai tidak memiliki
kegunaan lagi dan membuang dengan seenaknya sendiri. Kurang kesadaran akan
pentingnya kebersihan menjadi faktor yang paling dominan, disamping itu
kepekaan masyarakat terhadap lingkungan harus dipertanyakan. Mereka tidak
mengetahui bahaya apa yang akan terjadi apabila tidak dapat menjaga lingkungan
sekitar,’’katanya.
Menurut Bagong,
sampah dalam kehidupan sehari-hari memiliki manfaat dan kerugian, bermanfaat jika
dimanfaatkan dengan baik dan merugikan jika dibiarkan tanpa ada pengelolaan
yang baik. Dampak negatif dari pengelolaan pengolahan sampah yang tidak tepat
akan menyebabkan beberapa kerugian.
Pengelolaan yang
buruk lanjut Bagong, mengakibatkan pencemaran baik pencemaran udara, air di
dalam dan atas permukaan, tanah, serta munculnya berbagai macam penyakit yang
mengancam kesehatan warga. Pencemaran diberbagai elemen akan terjadi, sampah
yang menumpuk menyebabkan pencemaran udara, sampah yang dibuang sembarangan di
sungai menyebabkan pencemaran air, membuang sampah anorganik seperti plastik
dan kaleng akan menyebabkan pencemaran tanah karena benda tersebut sulit
diuraikan oleh bakteri pengurai tanah.
Pencemaran-pencemaran
itu nantinya akan membuat kerugian bagi masyarakat sendiri karena menyebabkan
beberapa penyakit. Pola hidup kotor dengan membuang sampah sembarangan yang
merupakan salah satu pengelolaan dan pengolahan sampah yang tidak tepat yang
kedepannya akan menyebabkan kerugian yang fatal bagi lingkungan dan masyarakat
sekitarnya.
Jika sampah
dikelola dan diolah dengan baik, akan menghasilkan manfaat positif bagi
masyarakat. Lingkungan menjadi bersih, pencemaran dapat diminimalisir, dapat
tercipta beberapa barang yang bermanfaat bagi manusia jika di daur ulang,
Sampah bisa dimanfaatkan sebagai kompos untuk pupuk organik, selain itu juga
bisa diolah menjadi energi bio arang, biomass dan energi untuk listrik. Lebih
jauh sampah dapat dijadikan barang-barang aksesoris, barang fungsional dan
sebagai bahan bangunan.
Untuk keperluan
pupuk organik dari sampah kota ini, apabila
rata-rata luas lahan di Kabupaten yang ada di Indonesia minimal 60.000 ha, maka
khusus pulau jawa yang mencapai 90 % lahan sawah dan perkebunan yang sudah
rusak kandungan bahan organiknya itu membutuhkan pupuk organik antara 5 hingga
10 ton/ha. Dan kebutuhan pupuk organik sebanyak itu jelas tidak akan terpenuhi
apabila sampah di kota-kota tidak diolah menjadi pupuk organik.
Sampah kota menjadi masalah di
perkotaan namun di desa menjadi tumpuan harapan. Hanya saja kualitas pupuk
organiknya harus bagus, kontinuitasnya terjamin, kemudahannya dapat terjangkau
oleh petani di pedesaan dan yang pasti harganya harus terjangkau dibawah pupuk
anorganik yang kini semakin meningkat.*
Masalah sampah
memang bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah sepenuhnya. Kesadaran
masyarakat untuk mengelola sampah dengan terlibat secara aktif tentu akan
mengurangi beban pemerintah. Sehingga, jika Pemprov DKI merasa kewalahan akibat
kekurangan kendaraan pengangkut sampah, volume sampah tidak terlalu menumpuk
seperti saat ini. (A)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar