Saatnya Beralih Ke Organik
Saat
ini sebegian petani merasa bertani pada hakikatnya bukanlah pilihan profesi.
Karena tingginya ongkos produksi, seperti harga pupuk anorganik dan pestisida kimia, ditambah dengan
rendahnya hasil produksi dan murahnya harga gabah yang dibeli oleh tengkulak menyebabkan
bertani bukan merupakan kegiatan ekonomis lagi.
Inilah
salah satu sebab mengapa petani putus
asa dengan kondisi pertanian ini dan bahkan hasil bertani tak bisa mereka
nikmati sendiri. Pasalnya sebelum padi itu panen, para petani sudah menjual
padinya kepada tengkulak dengan harga sangat-sangat murah karena para petani
tak punya pilihan mengingat kebutuhan hidup sangat mendesak. Bahkan mereka rela
menjual lahan sawahnya, dan bersedia menjadi penggarap saja. Seperti yang
diungkap Ketua LSM dan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S)
Rejo Mulyo Karto Harjo Madiun Jawa Timur, Kunto Setyono BE, SE bahwa mayoritas
petani di Indonesia hanya memiliki lahan rata-rata dibawah 0,5 Ha.
Kondisi
seperti ini, bagi mereka bertani seolah-olah hanya menjadi sebagai suatu
kebiasaan saja yang diturunkan leluhurnya dan sudah tidak bisa diharapkan untuk
menjadi sandaran hidup lagi. Ditambah lagi dengan ketidaksadaran para petani
terhadap bahaya yang mengancam kesehatan dirinya,
keluarganya dan para pengguna produksinya serta lingkungan di sekitar termasuk tanah dan air
akibat residu bahan kimia yang terhirup saat penyemprotan, terserap tanah dan
yang tertinggal dalam air minum maupun makanan hasil pertaniannya.
‘’Tentunya
ini bukan murni kesalahan para petani kita, mereka tidak mungkin mengatasi semua
persoalan yang dihadapi dibidang pertanian ini tanpa bantuan dan kerjasama dari
pihak-pihak yang berkompeten dengan memberikan solusi dan jalan keluar yang
tepat untuk permasalahan yang dihadapi.’’kata Kunto
Karena
itulah P4S LKP2U mendirikan wadah untuk memberikan edukasi kepada petani yang
tujuannya sebagai upaya memasyarakatkan pertanian ramah lingkungan berbasis
organik di kota
dan Kabupaten Madium.’Kami memberikan pelatihan pertanian organik dengan teknologi
EM4 (Effektif Mikroorganism) yang
dipadukan dengan system SRI (Sistem of Rice Intencification)
Teknologi
yang dikembangkan hampir di seluruh dunia, yang dipadukan dengan SRI ini,
terbukti memiliki keunggulan dalam meningkatkan
produksititas pertanian dan secara bertahap dapat mengurangi penggunaan pupuk
kimia hingga 0 persen atau murni organik.
Seperti
yang diterapkan Sukiran, Ketua Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani Kedung rejo,
Balerejo Madiun, menerapkan organik murni
di atas lahan 0,5 Ha. Sedang lahan 3 ha nya masih menggunakan semi organik,’’Padi
jenis Ciherang dan Mentik Susu Wangi yang kami hasilkan sangat enak dan sangat
diminati masyarakat,’’katanya
Keberhasilan
Sukiran yang saat ini menjadi perangkat desa, tentu saja mendapat respon
positif dari anggota kelompoknya yang berjumah 125 orang. ‘’Baru-baru ini
kelompok tani kami, mengadakan berbagai pelatihan membuat bokashi padat dan
bokashi cair’’jelasnya.
Sementara
itu, Iswanto, Ketua Gapoktan Tani Makmur dari Desa Bangsopatro, mengakui
aplikasi teknologi EM4 dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 85
persen, ‘’Jadi saya hanya menggunakan pupuk kimia hanya 15 persen selebihnya
organik, dan hasil yang saya peroleh bisa mencapai 7 ton/ha.
Menurut
Iswanto, pertanian organik sangat murah dibandingkan dengan kimia. Dengan
memanfaatkan limbah yang ada seperti jerami, daun-daun hijau,kotoran sapi,
limbah kedelai dan lain-lain semuanya
dapat digunakan sebagai pupuk.
Hal ini juga diamini oleh, Pono
Ketua Gapoktan yang ada di Desa Kuwu Balerejo Madiun ini, bahwa pupuk bokashi yang digunakan kelompok taninya sangat berkualitas.
Tanamannya dinilai lebih baik daripada hanya menggunakan pupuk kimia. Bahkan
bisa lebih menjaga keseimbangan kandungan tanah. ‘’Tanah lebih subur saat
dibajak dan lebih gembur,’’jelasnya.
Menurut
seperti dikatakan Kunto Setyono, minat
petani memanfaatkan pupuk organik semakin meningkat. Salah satu penyebabnya. saat
ini lahan pertanian di wilayah Balerejo sudah cukup krisis. Lantaran terlalu
banyak diberi pupuk kimia. Maka untuk mennjaga keseimbangan unsur hara di dalam
tanah dan tidak ada cara lain selain memanfaatkan pupuk berbahan alami. (A)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar