Bisnis Kelapa Sawit
Menggairahkan
Keyakinan
Indonesia untuk menjadi pengeksportir kelapa sawit terbesar dunia bukan tanpa
asalan, pasalnya masyarakat dan pemerintah semakin bergairah dalam mengelola
bisnis kelapa sawit.
Menurut data Departemen Pertanian, sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia
mampu menyumbang pendapatan negara sebesar 12% (terbesar di luar pendapatan
dari sector minyak dan gas). Selain itu, perkebunan sawit juga menampung lebih
dari 4 juta tenaga kerja, belum lagi tenaga kerja para petani yang
mengelola sendiri atau petani plasma.
Diperkirakan sampai tahun
2009, luas perkebunan sawit di Indonesia telah mencapai 7,8 juta hektar, diantara
itu sekitar 2 juta hektarnya merupakan perkebunan
kepala sawit miliki petani plasma dan selebihnya dikelola oleh perusahaan
induk.
Secara ekonomi produksi kelapa
sawit digunakan untuk kebutuhan domestik, dan sisanya diekspor ke Negara China, India,
Uni Eropa, Pakistan
dan Bangladesh
Ketua Himpunan Kerukunan Tani
Indonesia (HKTI) Siswono Yudhohusodo
pada acara mentoring di The Ary Suta Center di Jakarta mengatakan, Indonesia
sangat memimpikan untuk menjadi penghasil minyak sawit terbesar di dunia.
Kondisi ini menciptakan beragam permasalahan di daerah-daerah, mulai dari
kehadiran konflik sosial, permasalahan lingkungan hidup, hingga permasalahan
korupsi. Kelapa sawit telah menjadi primadona industri perkebunan, Pasalnya, harga tandan buah segar kelapa sawit berada di
atas angka seribu rupiah setiap kilogramnya.
Namun beberapa tahun lalu, seiring
dengan krisis finansial yang terjadi, harga tandan buah segar kelapa sawit
turun drastis hingga dibawah seratus rupiah setiap kilogramnya. Beberapa petani
membiarkan buah-buah kelapa sawit yang siap panen membusuk di kebun. Karena
biaya tenaga kerja untuk memanen lebih mahal dari pada hasil panen kelapa
sawitnya. Dalam hal ini, tampaknya, pemerintah cenderung lamban untuk
mengantisipasi dampak krisis finansial terhadap komoditas tersebut.
Sekarang ini, bisnis kelapa sawit sudah mulai
bersinar kembali.dan komoditas perkebunan kelapa sawit terus berkembang ke
berbagai daerah di tanah air dari Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera
Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Jawa Barat,
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan selatan, Kalimantan Tengah,
Sulawesi, Maluku dan Papua.
Mengingat prospek pasar dunia untuk
minyak sawit dan produknya cukup bagus. Karena itu, perkebunan kelapa sawit
sekarang telah diperluas secara besar-besaran oleh perkebunan negara,
perkebunan swasta maupun oleh masyarakat baik secara mendiri maupun bermitra
dengan perusahaan perkebunan.
Seperti dikatakan Ketua Umum Gabungan
Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Akmaluddin Hasibuan, walau perkebunan
kelapa sawit terus diperluas namun sayangnya, produktivitas masih rendah . ‘’Rata-rata
produktifitas kebun kelapa sawit di Indonesia
masih lebih rendah dari pada produksi Malaysia, masih terdapat perbedaan
hasil yang signifikan antara pencapaian produksi rill,’’kayanya.
Karena itu, peningkatan produktifitas
harus menjadi keharusan di samping pengembangan dan pembangunan perkebunan ‘’Indonesia
memiliki prospek pengembangan cukup besar. Sampai saat ini masih terdapat lahan
perkebunan yang belum termanfaatkan secara optimal, baik yang telah dicadangkan
untuk perusahaan maupun yang telah dipersiapkan untuk kebun plasma.
‘’Sekarang kita dihadapkan pada
persoalan-persoalan di bidang produksi, pemasaran, permodalan dan teknologi.
Kita juga harus menghadapi permasalahan-permasalahan produktivitas lahan,
kesejahteraan pekerja, serta permasalahan yang berkaitan dengan pemberdayaan
sosial masyarakat,’’tambahnya
Sederet permasalahan masih membelit
industri ini. Agaknya, jika sebahagian permasalahan saja bisa diatasi, Indonesia
akan mampu memperoleh devisa jauh lebih besar daripada yang dapat kita nikmati
saat ini. Salah satu permasalahan utamanya adalah masih rendahnya muatan
teknologi yang mampu diterapkan, sehingga mayoritas devisa dari industri ini
berasal dari industri hulunya. Padahal, nilai tambah terbasar justru terdapat
pada industri hilirnya. Sangat banyak produk turunan yang bisa dihasilkan dari
kelapa sawit. Industri ban, emulsifier, kertas, makanan dan minuman, personal
care, kaca filem, bahan peledak, sampai kepada bahan bakar.
Namun
demikian Indonesia yang kini
terus melakukan perluasan kebun kelapa sawit harus optimis akan menjadi produsen sawit terbesar
pada tahun – tahun mendatang, menggeser posisi Malaysia yang selama ini selalu
merajai pasar ekspor.
"Kita
optimis Indonesia akan
menjadi produsen sawit dan mampu menggeser Malaysia
yang selama ini selalu merajai ekspor," kata Ketua Umum Gabungan Kelapa
Sawit Indonesia
(Gapki]
Keyakinan
Awaludin tersebut, juga ditunjukkan dengan semakin bergairahnya masyarakat
mengusahakan perkebunan kelapa sawit serta tingginya kepedulian pemerintah
dalam memfasilitasinya.(A)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar